Esai Digital

Silaturahmi Digital Dengan Cara Virtual yang Fenomenal

Silaturahmi digital mendadak menjadi tren kultur digital masyarakat kita, silaturahmi digital dengan cara virtual pun menjadi fenomenal. Cara silaturahmi klasik, perlahan akan ditinggalkan?

Era kultur digital memang berjalan sangat cepat. Ia masuk ke seluruh sendi aktifitas kehidupan umat manusia. Kehadiran budaya digital melampaui ruang dan waktu. Ia merubah banyak cara manusia dalam menjalani kehidupan.

Salah satunya adalah cara melaksanakan silaturahmi. Fenomena silaturahmi digital dengan cara virtual menemukan momentumnya di hari raya Idul Fitri 1441 H tahun 2020 saat ini.

Pengertian virtual sendiri adalah ada secara tidak nyata, lazim disebut dengan maya. Dunia maya yang kita kenal, ya dunia yang adanya tidak nyata, dalam pengertian virtual itu.

Bukan sebuah kebetulan, apalagi kesengajaan. Bahwa silaturahmi digital ini mengalami viral loop, bersamaan dengan pandemi covid-19 dalam 4 bulan terakhir. Yaitu ketika hampir semuanya dijalankan #DiRumahSaja. Larangan mudik juga mengambil peran, meramaikan silaturahmi dengan cara baru.

Silaturahmi: surat, telepon, video call

Konsep dasar cara bersilaturahmi adalah keterhubungan antar dua pihak, melalui media yang ada. Dulu, media itu lazimnya menggunakan surat menyurat, teks telegram atau melalui telepon. Kemudian kultur digital berkembang.  Layanan short message services, SMS, menjadi cara alternatif bersilaturahmi dengan sentuhan digital.

Meanwhile, jika hakikat silaturahmi adalah menyambung tali persaudaraan dengan penuh kasih sayang, maka media yang ada saat itu, cukup representatif mewakilinya. Silaturahmi tetap bisa berjalan, meski tidak dengan bertemu langsung, dengan berjabat tangan, misalnya.

Sejak telepon berkembang menjadi SmartPhone, ia menjadi icon kultur digital. semakin banyak orang yang memiliki dan memanfaatkannya. Pertambahannya semakin pesat, bahkan di perkampungan pelosok, smartphone sudah menjadi bagian dari lifestyle kultur digital.

Cara bersilaturahmi kemudian bergeser. dari cara klasik, mengharuskan pertemuan, diganti dengan dan dijalankan melalui jaringan digital secara virtual. Pergeseran itu terjadi bersamaan dengan pesatnya jumlah aplikasi berbasis audio-video.

Pertambahan aplikasi yang demikian pesat itu memungkinkan silaturahmi cukup dengan memanfaatkan beberapa aplikasi video call yang tersedia. Bisa melalui WhatsApp, Telegram, Line, Imo, Zoom, atau Google Meet. Dan banyak lagi aplikasi sejenis.

Silaturahmi virtual semakin menjadi tren ke depannya. Ini kecenderungan yang lazim seiring dengan perkembangan dunia digital dan kultur digital masyarakat.

Silaturahmi virtual dan New Normal

Apakah fenomena silaturahmi digital-virtual hari ini sudah masuk menjadi bagian dari New Normal, kenormalan baru dalam kehidupan? Jika iya, tentu akan berdampak jangka panjang dalam kehidupan masyarakat kita.

New Normal memang berpotensi memperbarui hal-hal klasik dengan tidak serta merta meninggalkan substansi. Artinya, kenormalan baru membutuhkan waktu untuk bisa diadaptasi oleh masyarakat.

Sementara untuk kasus silaturahmi virtual, sepertinya masih banyak yang meragukan hubungannya dengan dampak pada substansi silaturahmi itu sendiri.

Silaturahmi dengan pertemuan langsung, adalah wujud kenormalan klasik. Sementara silaturahmi virtual yang tidak membutuhkan pertemuan langsung, adalah wujud dari embrio new normal dalam cara bersilaturahmi.

Ada hal-hal yang jika dilaksanakan tidak melalui pertemuan secara langsung, tujuannya tidak tercapai. Makna dan atsar (dampak) nya juga tidak tergapai. Ini yang bisa disoroti dari fenomena silaturahmi virtual.

Sekadar Tidak Mudik, mungkin bisa diterima dengan alasan tertentu. Sementara silaturahmi bisa dilaksanakan dengan video call. Tapi, makna terdalam dari silaturahminya hampir pasti menjadi sangat berkurang. Karena silaturahmi butuh sentuhan nyata, bukan sentuhan maya.

Last but not least, silaturahmi virtual memang sudah fenomenal. Bagaimana dengan, misalnya, menikah secara virtual? Ini varian pertanyaan dari gaya hidup masyarakat digital.

Lalu, pertanyaan apakah silaturahmi digital-virtual akan menggantikan cara silaturrahmi klasik? Waktu yang kelak akan membuktikan. Demikian, semoga bermanfaat.

Kang Nawar

Hello ! Saya Kang Nawar aka. Munawar A.M. Penulis Freelance. Terima kasih sudah singgah di Blog Artikel Opini, Review & Esai Digital ini. Berkenan kiranya untuk membagikan artikel dan mengikuti saya di media sosial. Terima kasih sudah singgah. Saya berharap Anda akan datang kembali ke blog ini. Terima Kasih.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button