Arti Kenormalan Baru di Tengah Covid-19

Apa itu kenormalan baru? Belakangan ramai muncul istilah kenormalan baru, new normal di tengah pandemi covid-19. Hastag #NewNormalLive pun diendorse di media sosial dan media mainstream lalu membentuk pikiran dan opini publik.
Apa pula arti dan definisi kenormalan baru? Definisi New Normal, adalah istilah dalam bisnis dan ekonomi yang mengacu pada kondisi keuangan setelah krisis keuangan 2007-2008 dan setelah resesi global 2008-2012.
Istilah New Normal ini sejak saat itu telah digunakan dalam berbagai konteks lain untuk menyiratkan bahwa sesuatu yang sebelumnya tidak normal telah menjadi biasa. Situasi yang sebelumnya tidak dikenal atau tidak biasa itu, kemudian telah menjadi standar, biasa, atau malah diharapkan.
Ada juga yang mendeskripsikan arti kenormalan baru, new normal, sebagai : keadaan saat ini setelah beberapa perubahan dramatis terjadi. Apa yang menggantikan keadaan yang diharapkan, biasa, khas setelah suatu peristiwa terjadi. Kenormalan baru mendorong seseorang untuk berurusan dengan situasi saat ini, daripada meratapi apa yang telah terjadi.
Covid-19 dan kenormalan baru
Sebagaimana situasi dunia, kita di Indonesia juga sedang menuju era kenormalan baru. Pandemi Covid-19 menjadi starting point untuk memahami arti, dan menuju kondisi dan situasi dalam kenormalan baru.
Titik tekan kenormalan baru bukan pada inti kehidupan itu sendiri, melainkan pada cara bagaimana menjalani kehidupan. Keluar dari situasi pandemi secara total, bukan cara yang harus dipilih hari ini. Sementara pandemi masih menjadi ancaman.
Mengharap senjakala virus corona segera hadir, rasanya juga masih belum memungkinkan. Semua ada dalam ketidakpastian. Nah, dalam ketidakpastian itulah sejatinya, sebuah kenormalan baru harus disongsong. Harus dimasuki. Harus dilakoni, dijalani.
Ajakan untuk berdamai dengan virus corona juga bagian dari upaya membangun mindset menuju kenormalan baru. Menempatkan virus corona bukan sebagai musuh, melainkan sebagai ancaman yang serius.
Baca juga: Aplikasi Marketplace UMKM
Mindset ini akan membentuk kewaspadaan yang cukup; bukan berlebihan. Melahirkan sikap kehawatiran yang biasa, bukan luar biasa. Menghadapi virus corona dengan cara yang rasional, bukan irrasional. Dengan begitu, hati menjadi lebih tenteram. Pikiran juga menjadi lebih fresh. Ketakutan berlebihan terkikis.
Contoh New Normal
Lalu, seperti apa contoh new normal, kenormalan baru di tengah covid-19? Melaksanakan Tarawih di Rumah, boleh jadi sudah menjadi sebuah kenormalan baru, sejak dilaksanakan mulai tanggal 1 bulan Ramadhan. Meski harus menelan kenyataan Masjid-Masjid mengalami kekosongan.
Membiasakan diri tarawih bersama keluarga di rumah, hari ini rasanya memang sudah terlaksana dengan wajar. Pun bagi mereka yang melaksanakan tarawih di Masjid / Musholla. Sudah nampak biasa, dengan protokol kesehatan yang cukup.
Siapapun akan mengalami rasa jenuh ketika harus DiRumahSaja secara terus menerus. Demikian juga, tidak satupun pekerja yang menghendaki terus menerus bekerja dari rumah. Kejenuhan berkepanjangan akan melahirkan kondisi psikis yang labil. Ini tentu berbahaya.
Alih-alih bekerja dari rumah, motivasi ngeblog Saya malah muncul menguat, lalu jadilah Blog Artikel Opini ini. Alhamdulillah, dengan ngeblog, bisa ikut merasakan memasuki situasi kenormalan baru.
Contoh kenormalan baru pernah dirilis urbandictionary.com, kaitannya dengan kondisi seorang perempuan yang mengalami kanker payudara berkepanjangan.
Bagi Jane, kenormalan baru adalah sebuah istilah yang digunakan olehnya selama dan setelah perawatan untuk kanker payudara. Kenormalan baru dimaksudkan untuk memberdayakan mereka, termasuk Jane. Simak dialog singkat ini;
Q: “Hai Jane, bagaimana kabarmu?”
Jane: “Membiasakan diri dengan kenormalan baru ku. Aku terbiasa ski air setiap akhir pekan, tapi sekarang aku merajut di beranda.”
Q: “Bagus!”
Kenormalan baru yang niscaya
Kenormalan baru akan menjadi sesuatu yang niscaya. Cepat atau lambat akan turut serta membentuk cara dan sikap dalam menjalani kehidupan. Tradisi dan budaya dengan kenormalan baru juga akan muncul. Fenomena sosial yang melingkupi kehidupan kita sehari-hari akan diwarnai dengan bentuk-bentuk kenormalan baru, disadari atau tidak.
Ekspresi dan penghayatan keagamaan pun demikian. Sangat mungkin terlewati dengan bentuk-bentuk kenormalan baru. Tidak dalam substansi keagamaannya, melainkan dalam praksis penghayatan agama yang harus memperhatikan masalah kesehatan secara menyeluruh. Bukan semata hubunganya dengan penyebaran virus corona.
Are You Ready for New Normal? Siap tidak siap, harus ada kesiapan, cepat atau lambat. Karena kehidupan harus berjalan normal, meskipun dengan arti kenormalan yang baru. Demikian semoga bermanfaat.