Opini

Deradikalisasi Ormas (Organisasi Kemasyarakatan)

Sudah saatnya deradikalisasi organisasi kemasyarakatan (Ormas) ditingkatkan. Utamanya bagi Ormas yang sering terlibat aksi teror hingga bentrokan yang bernuansa radikalisme dan anarkisme.

Ormas dan Teror

Teror yang asalnya bermakna “menimbulkan rasa takut” tidak selamanya identik dengan kelompok teroris yang selama ini kita kenal. Faktanya, Ormas juga berpotensi melakukan teror yang mengakibatkan suasana meresahkan, mengusik keamanan dan kenyamanan masyarakat.

Teror sudah pasti bisa memasuki level tindakan kriminal jika diduga mengandung unsur kejahatan sebagaimana diatur dalam perundang-undangan yang berlaku, lalu dibuktikan melalui mekanisme pengadilan.

Dalam berbagai bentuk, teror yang terbukti mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang; sudah dengan sendirinya bisa dikategorikan sebagai tindakan kejahatan. Ada unsur yang disengaja dan direncanakan atau tidak, tergantung pada hasil penyelidikan.

Ormas, apapun bentuk dan aktifitasnya, termasuk yang berbasis kepemudaan (ormas kepemudaan, OKP) harus memandang penting potensi teror yang ada, mau mengidentifikasi dan meredamnya agar tidak mengendap dalam tubuh organisasi.

Komponen Deradikalisasi

Jika mengendap dan terbiarkan, ia bisa menjadi bom waktu yang setiap saat bisa meletus. Apa saja langkah Deradikalisasi Ormas yang bisa ditempuh? peningkatan kualitas kepemimpinan. peningkataan pemahaman ideologi Pancasila, memutuskan mata rantai sejarah konflik, menghindari kepentingan sesaat, peningkatan keteladanan.

Pertama, deradikalisasi melalui peningkatan kualitas kepemimpinan. Ormas sangat bergantung kepada sepak terjang, track record, visi  dan orientasi, serta leadership skill seorang ketua. Pemimpin Ormas harus  selalu ada pada track “tujuan akhir” ke mana dan di mana organisasi dan anggotanya sedang menuju dan memastikan bahwa itu adalah jalan yang benar.

Jalan yang benar akan menjadi jalan kebaikan, kebaikan moralitas, dan kebaikan nilai-nilai dan kehormatan kemanusiaan. Seorang pemimpin yang baik, tidak akan mengajak, dan tidak akan membiarkan anggotanya terjerumus ke dalam bahaya. Termasuk di dalamnya adalah bahaya-bahaya yang diakibatkan karena teror.

Kedua, deradikalisasi melalui peningkataan pemahaman ideologi Pancasila. Di tengah gempuran ideologi pengusung kekerasan yang merongrong dan mengancam Pancasila, Ormas harus bisa melihat itu sebagai “common enemy”, musuh ideologi bersama yang harus diperangi dan dihadang. Perkuatan ideologi mutlak diperlukan agar ideologi Pancasila terbentengi sebagaimana mestinya.

Seberapa kualitas “Pancasilais”-nya Ormas selalu diuji oleh waktu melalui pengkaderan yang seharusnya melahirkan generasi-generasi muda Pancasilais. Yaitu mereka yang menjunjung tinggi perilaku dan sikap berdasarkan nilai-nila luhur Pancasila. Kita tahu, nilai-nilai luhur itu jauh dari kekerasan, teror dan tindakan anarkisme dan radikalisme. Peningkatan  aspek ideologi ini bisa diperkuat mengingat hampir semua Ormas menjadikan Pancasila sebagai Azas Organisasinya.

Ketiga, deradikalisasi dengan cara memutuskan mata rantai sejarah konflik. Bentrok yang melibatkan oknum unsur Ormas sering kali dilandasi oleh sejarah konflik yang mengendap yang sewaktu-waktu bisa meletup meski hanya karena persoalan sepele. Memutus mata rantai konfik termasuk konflik antar OKP harus diurai dan dicarikan jalan keluarnya.

Tindakan ini bisa dilalui dengan menghadirkan konsensus bersama yang dilandasi niat baik. Konsensus bersama bisa diperluas dalam bentuk kerjasama positif konstruktif yang saling menguntungkan. Kerjasama ini harus pula menghadirkan kohesivitas atau daya ikat yang kuat antar Ormas dan OKP sehingga kohesivitas itu akan berjalan secara sistematis lalu mengikis ego sektoral yang justeru bisa melanggengkan potensi konflik.

Baca juga: Indonesia Kiblat Madzhab Sunni Untuk Dunia Islam

Premanisme Berkedok Ormas

Keempat, deradikalisasi dengan komitmen menghindari kepentingan sesaat. Ada saat Ormas dan atau OKP mengalami disorientasi. Visi dan misi serta program yang dijalankan melenceng karena godaan dan terjebak ke dalam kepentingan sesaat, yang lebih berorientasi kepada individu ketimbang organisasi. Yang paling kentara dalam konteks ini adalah gejala dan praktek-praktek “premanisme” dengan ciri “pemaksaan kehendak”.

Premanisme berkedeok Ormas harus dikikis dalam segala bentuknya, karena ia merupakan bentuk teror yang nyata dan dilakukan secara berulang-ulang. Melakukan reorientasi kepada kepentingan jangka panjang dengan demikian merupakan hal yang mutlak harus dilakukan oleh Ormas/ OKP, dengan mengembalikan ruh organisasi kepada aturan main yang disepakati secara internal.

Kelima, deradikalisasi dengan peningkatan keteladanan. Semua Ormas harus memaksimalkan upaya peningkatan keteladanan dalam berbagai aspek yang positif dan konstruktif.  Kepada mereka, tidak ada kelirunya kita turut menyuarakan; belum terlambat untuk kembali meneladani kepemimpinan para pendirinya dan cita-cita luhur yang ingin dicapainya.

Tidak sewajarnya membuat para pendiri menjadi sedih karena ulah teror, kekerasan, pemaksaan kehendak dan aksi-aksi premanisme lainnya. Masih ada cukup waktu untuk membuat para pendiri bangga dengan kiprah positif dan konstruktif generasi penerusnya.

Masyarakat sudah sangat cerdas untuk menilai perilaku Ormas dan sudah memiliki opini yang tepat sehingga terkadang tidak segan menyuarakan aspirasi agar Ormas yang sarat dengan praktek-praktek “premanisme” untuk dibubarkan.

5 Cara Deradikalisasi Ormas

Apa saja dan bagaimana proses deradikalisasi yang bisa dilakukan terhadap ormas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. deradikalisasi melalui peningkatan kualitas kepemimpinan ormas
  2. deradikalisasi melalui peningkataan pemahaman ideologi Pancasila bagi aktivis ormas
  3. deradikalisasi dengan komitmen menghindari kepentingan sesaat seperti politik praktis ormas yang sempit dan eksklusif
  4. deradikalisasi dengan cara memutuskan mata rantai sejarah konflik antar ormas
  5. deradikalisasi dengan peningkatan keteladanan. Semua Ormas harus memaksimalkan upaya peningkatan keteladanan dalam berbagai aspek yang positif dan konstruktif

Memilih pemberdayaan sebagai fokus kegiatan deradikalisasi Ormas bagi pengurus dan anggotanya masih tetap layak untuk dijadikan solusi atas gejala teror, premanisme, perpecahan dan merosotnya citra diri Ormas.

Deradikalisasi yang berbentuk pemberdayaan harus difokuskan untuk penanaman karakter dan pengembangan soft skill, penguatan konsep ketahanan dan bela negara lewat peningkatan kapabilitas, integritas, intelektualitas, dan keterampilan berbasis kearifan local dan budaya luhur bangsa. Terapkan pelatihan, seminar, bimtek, upgrade soft-skill pemuda, dan laksanakan secara adil, merata, akuntable, transparan dan kontinyu.

Kang Nawar

Hello ! Saya Kang Nawar aka. Munawar A.M. Penulis Freelance. Terima kasih sudah singgah di Blog Artikel Opini, Review & Esai Digital ini. Berkenan kiranya untuk membagikan artikel dan mengikuti saya di media sosial. Terima kasih sudah singgah. Saya berharap Anda akan datang kembali ke blog ini. Terima Kasih.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button