Bayang-Bayang Covid-19 dan Masa Depan Pendidikan Kita
Bayang-bayang Covid-19 menghantui masa depan pendidikan kita di semua segmen, bahkan dalam melahirkan cara pandang baru; absurd, pesimis dan disorientasi. Mungkin tidak semua di antara kita. Akan tetapi, sebagiannya pasti dihinggapi rasa yang tidak menentu.
Sejak pandemi terjadi pada Maret lalu, jumlah kasus positif terus meningkat setiap harinya. Kasus kumulatif pada Maret sebanyak 1.528, dan terus naik pada April menjadi 8.590 dan Mei serta Juni masing-masing berada di posisi 16.355 dan 29.912.
Akumulasi kasus positif selama September mencapai hampir 2 kali lipat dari Agustus yang tercatat 66.420. Bahkan, angka tersebut berarti adanya kenaikan dua kali lipat dibanding dengan kasus positif secara kumulatif pada Juli sebesar 51.991 (CNBC, Sept.2020).
Covid-19 hadir dalam bayang-bayang kengerian yang bersifat global. Dampaknya di dunia pendidikan pun sangat terasa. Sejak diberlakukan pembelajaran daring, dunia pendidikan masuk fase keheningan yang nyaris sempurna.
Tidak ada geliat aktifitas sementara lembaga pendidikan diliburkan secara total (berdasarkan zonasi daerah). Ini bukan kebijakan yang salah. Tapi ini tentang nasib dari masa depan pendidikan kita. Langkah pemerintah meliburkan aktifitas pendidikan bagaimanapun juga harus diapresiasi.
Tanggungjawab pemerintah sangat besar, dan itu harus didukung oleh semua komponen penyelenggara pendidikan. Tidak terkecuali para orang tua, murid, guru, dan penyelenggara. Fase wabah dan bayang-bayang covid-19 mendera semua di antara kita. Tanpa pandang bulu.
Pendidikan Saat Kritis
Dalam kebijakan pendidikan, gagasan bahwa kita harus mempersiapkan masa depan yang tidak diketahui, tidak terkendali, dan berisiko telah diterima secara luas jauh sebelum wabah.
Membangun wawasan dari teori kompleksitas dan studi tentang sistem dinamis, secara kritis memeriksa bagaimana respons pendidikan standar terhadap ketidakpastian di masa depan, yang berfokus pada peningkatan kemampuan beradaptasi, berjalan di saat krisis. Dan bahwa penekanan pada kemampuan beradaptasi dalam menanggapi dunia yang semakin menjadi tidak stabil, tidak pasti, kompleks dan ambigu sering dianut secara tidak kritis dalam kebijakan pendidikan.
Sementara ada yang menyarankan dan memberikan pandangan; bahwa melanjutkan kemampuan beradaptasi melalui pendidikan bisa cocok untuk mengatasi ketidakpastian sehari-hari, namun merupakan respons yang tidak sesuai untuk situasi krisis karena menghambat perubahan transformatif.
Beberapa kesulitan tambahan dalam upaya untuk beradaptasi lebih lanjut tak bisa dihindari. Sebaliknya, mengembangkan visi mungkin terbukti berperan dalam membimbing respons pendidikan yang memadai mutlak diperlukan. Dan bahwa mengandalkan visi mungkin menimbulkan beberapa kesulitan, tetapi dipertahankan bahwa ini dapat dihindari.
Tanpa harus ada dorongan dari orang lain; karena ada pada situasi dan kondisi yang sama, kita semua mesti meletakkan standar mindset tentang pendidikan di saat krisis seperti sekarang ini; kemudian memastikan ikut peduli dalam membangun masa depan pendidikan kita sendiri.
Masa depan pendidikan kita boleh dalam bayang-bayang covid-19. Kelak, bayang-bayang itu akan sirna, dan pendidikan kita harus terus berjalan. Meski dengan paradigma dan model yang diperbarui.