Opini

Sarana Pembelajaran Daring yang Terpaksa Tak Terpenuhi

Pemberlakuan pembelajaran daring selama pandemi covid-19 menghadirkan persoalan saat sarana dan prasarana pembelajaran daring yang tak terpenuhi mengingat beberapa faktor. Di antaranya, ketidakmampuan orang tua murid secara finansial untuk mengadakan sarana yang dibutuhkan.

Kita semua tahu, menyaksikan, mengalami bahkan menjalani; bahwa pembelajaran daring ini tanpa menggunakan tatap muka namun menggunakan sarana jaringan internet yang kegiatannya dibantu oleh gawai atau gadget seperti laptop, komputer atau smartphone.

Pembelajaran daring juga menggunakan platform yang sudah disediakan, misalnya melalui aplikasi pembelajaran daring. Semua bentuk materi pelajaran ini didistribusikan dengan cara online dan komunikasi pun dilakukan secara online. Bahkan tes juga dilakukan dengan online tanpa harus melakukan tatap muka.

Mari kita lihat satu per satu. Di luar ketersediaan sarana, proses pembelajaran daring menghentak kebiasaan proses belajar mengajar yang sudah mapan. Guru, murid, lembaga pendidikan dan orang tua harus mengalami lompatan radikal menuju pembelajaran dari luring (tatap muka) ke daring (non-tatap muka).

Segera setelah itu, lembaga pendidikan harus menyiapkan infrastruktur internet baik untuk keperluan tenaga pendidik maupun jaringan yang akan digunakan bersama-sama. Guru, yang belum terbiasa dengan daring, mula-mula harus menyediakan Smartphone dan segera adaptasi untuk mengoperasikannya.

Ketersediaan Sarana

Sarana pembelajaran daring bagi murid dan orang tua tak kalah krusial dalam hal ketersediaannya. Mula-mula dan ini cenderung “terpaksa karena keadaan”, harus membeli Smartphone. Dan ini tentu tidak semua orang tua murid mampu membelinya seketika. Sementara anaknya harus segera beradaptasi dengan pembelajaran yang baru.

Saat smartphone tidak bisa dioperasikan karena harus terhubung dengan jaringan internet, maka ketersediaan kuota internet menjadi kebutuhan yang harus disediakan secara pembiayaan oleh orang tua. Ini menambah beban biaya orang tua.

Ketersediaan kuota internet untuk sebagian orang tua murid menjadi kewajiban. Dan kiranya ini bisa dipahami; bahwa biaya pendidikan selama masa pandemi pun harus dimanage oleh orang tua murid. Karena ketersediaan kuota internet menjadi pra sayarat mutlak sarana pembelajaran daring itu sendiri.

Bagi sebagian guru, sangat mungkin harus berbagi gadget karena tidak mampu memeuhi (dengan memilikinya). Ini juga terjadi pada diri murid yang para orang tuanya tak mampu memiliki smartphone. Terbayang bagaimana tingkat kesulitan yang harus dihadapi.

Kisah tentang murid belajar daring bersama teman-temannya mengiringi kondisi yang tak terpenuhi. Keterlambatan guru atau murid mengikuti proses belajar mengajar secara daring akibat faktor kuota internet yang tak terpeuhi juga menjadi kendala keberlanjutan pembelajaran.

Laptop dan atau komputer, nyaris masih menjadi barang yang sangat mahal bagi kebanyakan anggota masyarakat. Mungkin, sarana Sarana Pembelajaran Daring jenis ini juga termasuk terpaksa yang tak terpenuhi oleh orang per orang.

Kita semua sedang mengalami bersama-sama; entah sampai kapan pembelajaran daring akan bertahan. Kita juga sedang mengalami bersama; betapa masih banyak di antara kita yang tidak mampu memenuhi sara pembelajaran daring. Entah sampai kapan.

Kang Nawar

Hello ! Saya Kang Nawar aka. Munawar A.M. Penulis Freelance. Terima kasih sudah singgah di Blog Artikel Opini, Review & Esai Digital ini. Berkenan kiranya untuk membagikan artikel dan mengikuti saya di media sosial. Terima kasih sudah singgah. Saya berharap Anda akan datang kembali ke blog ini. Terima Kasih.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button