Pembelajaran Daring, Sampai Kapan Bertahan?

Pembelajaran Daring (Dalam Jaringan) sebagai konsekuensi pandemi Covid-19, memunculkan pertanyaan; sampai kapan akan bertahan? Atau lebih tepatnya, sampai kapan akan dipertahankan?

Daring atau online ini merupakan akronim dalam jaringan yang mana terhubung melalui jaringan komputer, internet maupun terhubung dengan jaringan yang lainnya. Daring ini juga disamakan dengan keadaan dari sebuah komputer atau PC atau perangkat yang mana bisa saling bertukar informasi dan dihubungkan melalui internet.

Pembelajaran daring ini tanpa menggunakan tatap muka namun menggunakan jaringan internet yang kegiatannya dibantu oleh gawai atau gadget seperti laptop, komputer atau smartphone. Pembelajaran daring juga menggunakan platform yang sudah disediakan, misalnya melalui aplikasi pembelajaran daring. Semua bentuk materi pelajaran ini didistribusikan dengan cara online dan komunikasi pun dilakukan secara online. Bahkan tes juga dilakukan dengan online tanpa harus melakukan tatap muka.

Barangkali kita semua sepakat bahwa model cara metode dan penyelenggaraan pembelajaran daring di dunia pendidikan sebagai solusi dalam situasi wabah. Ia sangat logis untuk ditempuh, meskipun tidak sepi dari pro dan kontra.

Di satu sisi, ada tuntuan keberlangsungan dan keberlanjutan proses belajar mengajar di satuan pendidikan yang dimiliki bangsa Indonesia. Di sini lain, untuk mayoritas murid atau siswa, bahkan lembaga pendidikan, tidak serta merta bisa dan mampu beradaptasi belajar dengan cara daring. Mengapa?

Sarana Pendidikan Daring

Daring membutuhkan seperangkat tools berbasis digital dan sudah pasti harus terkoneksi dengan jaringan (internet). Inilah pokok permasalahan dalam keberlangsungan pembelajaran daring. Siswa, Guru, materi pembelajaran, dan kesiapan lembaga pendidikan; semua itu mutlak berjalan bersama dalam hal ketersediaannya.

Sementara itu, praktik pembelajaran daring yang berjalan sekian lama, telah mengubah mindset pelaksanaan pendidikan. Siswa yang merindukan untuk kembali ke sekolah. Orang tua yang “kelabakan” dengan tradisi baru anak-anak dalam kuasa teknologi; juga lembaga pendidikan yang lengang akibat nir-aktifitas sehari-hari.

Survei UNICEF : 87% Siswa Ingin Segera Kembali Ke Sekolah. Survei terbaru tersebut menunjukkan bagaimana siswa belajar dari rumah selama masa pandemi covid-19. Ini juga akibat langsung sekaligus fakta pendidikan dengan model daring.

Seiring perjalanan waktu, kita sangat berharap pandemi segera berakhir dan diakhiri. Dunia pendidikan yang menjerit selama masa pandemi ini juga harus diakhiri. Kita memberi apresiasi kepada pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; yang tidak sepi dengan inovasi menyiasati pandemi.

Terima kasih untuk Anda berkenan menemukan Kami di X juga Instagram dan Facebook

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button