Opini

Kebhinekaan Agama Adalah Fitrah dari Tuhan

Jika kebhinekaan itu sendiri adalah fitrah dari Tuhan, bagaimana dengan kebhinekaan agama? Fitrah Kebhinekaan Agama, atau keragaman agama, adalah ciptaan (yang menjadi) rahasia  Tuhan semata. Manusia sebagai umat beragama tidak mungkin bisa menjangkau keseluruhan rahasia itu.

Mari sejenak mempertimbangkan pandangan dunia Tauhid tentang agama-agama. Saat Islam dengan tegas menyatakan: Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku” (Al Kafirun: 6), maka itulah penegasan adanya kebhinekaan agama.

Jika dilakukan pembacaan secara cermat terhadap ayat tersebut, akan ditemui di awal kata bahwa mula-mula ada pengakuan Islam akan “agama mu”, agama non-Islam, baru kemudian Islam menegaskan “agama-ku”.

Ini bisa dipahami bahwa entitas agama non-Islam itu diakui, tidak hanya entitas penganutnya, melainkan juga diakui “kebenaran keberadaannya”. Inilah puncak-puncak toleransi Islam dalam memandang kebhinekaan agama.

Analogi kebhinekaan agama

Analogi dari Muhammad Isa Nuruddin bisa menjembatani pemahaman bersama tentang bahwa kebhinekaan agama adalah (juga) fitrah dari Tuhan, berikut ini:

Jika Tuhan benar-benar ingin menyelamatkan dunia melalui agama Kristen dan bukan dengan sarana lain, maka mustahil untuk menjelaskan mengapa beberapa abad kemudian, ketika agama Kristen belum berhasil memantapkan kedudukannya di Eropa, Dia membiarkan agama lain – yaitu Islam – menumbuhkan dirinya dimana pahala Kristen telah diusahakan untuk dimasukkan.  

Sebaliknya, jika kedatangan Islam menandakan bahwa seluruh dunia hendaknya memeluk agama ini, maka tidak akan dapat dijelaskan mengapa Tuhan menutup hati manusia dengan perasaan Kristen dan membuat dunia Barat tidak dapat ditembus oleh pesan yang dibawa Nabi Muhammad SAW itu (Islam and The Perennial Philosophy, 1976).

Pada analogi di atas, memang tidak disebutkan secara eksplisit ada kehendak eksklusif Tuhan untuk menyatukan umat manusia ke dalam agama Yahudi. Juga tidak demikian dengan agama Hindu dan Budha yang juga dianut oleh jutaan umat manusia di seluruh dunia.

Analogi itu bisa dipertimbangkan saat ini dan di masa yang akan datang dalam memandang fakta kebhinekaan agama yang ada di Indonesia. Ada hal yang pasti, bahwa dalam kebhinekaan itu, ada campur tangan Ilahi, yang manusia tidak bisa menolaknya dan juga tidak bisa menghapuskannya.

Saya belum melihat, setidaknya sampai tulisan ini saya buat;

Apakah ada temuan ilmiah yang menegaskan apakah Mpu Tantular dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa itu, pernah bersentuhan dengan empat ayat Al Quran? sebagaimana dikutip di artikel opini Agama ini?

Sebab, titik singgung pesannya sangat bersesuaian. Pernah bersentuhan dalam pengertian ada proses mendialogkan fakta kebhinekaan yang ditemuinya di masyarakat pada zamannya.  Lalu menciptakan semboyan yang hingga sekarang kita jaga dan pertahankan dalam konteks NKRI.

Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika

Apa yang kemudian pasti bisa dilakukan adalah menjaga kebhinekaan itu dari perspektifnya religiusitas masing-masing. Umat Islam dengan sudut pandang Tauhid sebagaimana disampaikan di atas. Dan umat non-muslim melakukan hal yang sama dari sudut pandang keyakinan yang diyakininya.

Dari perspektif berbangsa dan bernegara, pilihan untuk menjaga Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika adalah kewajiban kita semua. Karena keduanya adalah “Fitrah pemberian Tuhan” untuk bangsa Indonesia. Dan kita sebagai manusia ada pada bingkai Fitrah Keanekaragaman Manusia.

Pemerintah adalah “manusia terpilih” yang memiliki kewajiban untuk menjadi teladan dalam menjaga kebhinekaan. Itu di satu sisi. Di sisi lain tetap menjamin kebebasan individu dan masyarakat di bawah naungan perundang-undangan yang diberlakukan.

Kongruen dengan hal itu, dalam rangka menjaga fitrah kebhinekaan, masyarakat memiliki hak sekaligus kewajiban untuk hal itu, tanpa memaksakan kehendak, atau secara tidak menyadari menabrak aturan hukum yang ada, karena perbuatan itu jelas melawan kehendak Tuhan.

Demikian artikel opini agama, ulasan pendek tentang Kebhinekaan Agama Adalah Fitrah dari Tuhan. Semoga bermanfaat.

Kang Nawar

Hello ! Saya Kang Nawar aka. Munawar A.M. Penulis Freelance. Terima kasih sudah singgah di Blog Artikel Opini, Review & Esai Digital ini. Berkenan kiranya untuk membagikan artikel dan mengikuti saya di media sosial. Terima kasih sudah singgah. Saya berharap Anda akan datang kembali ke blog ini. Terima Kasih.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button