Trending

La Ilaha Illa Anta Subhanaka Inni Kuntu Minadhalimin

Memahami Doa Nabi Yunus AS La Ilaha Illa Anta Subhanaka Inni Kuntu Minadhalimin, secara lebih luas tidak sebatas arti, melainkan juga makna dan pesan, dari kalimat “sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang dhalim

Arti dari Inni Kuntu Minadhalimin, sesungguhnya aku ini termasuk orang-orang yang dhalim. dhalimin, atau Zaalimin (dibaca panjang), bentuk jamak dari kata mufrod dhalimin (dibaca pendek). Makna tekstualnya bisa dipahami; bahwa Nabi Yunus AS mengakui dirinya sebagai (bagian) dari (orang-) orang yang dhalim.

Baca juga: Rabbi Inni Dhalamtu Nafsi Faghfirli, Doa Nabi Musa As.

Dalam Doa Nabi Yunus AS, dia mengidentifikasi diri, merekognisi diri, menyatakan dirinya di hadapan Allah SWT, sebagai orang dhalim. Sebagaimana orang-orang, banyak orang, termasuk umat Nabi Yunus AS yang sering berbuat dhalim dan melakukan bentuk-bentuk kedhaliman.

Dhalim Pikiran dan Perbuatan

Mafhum kita ketahui bahwa kata dhalim secara bahasa, artinya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, atau menempatkan memosisikan sesuatu tidak pada tempatnya. Jika meletakkan lebih mengesankan objeknya barang, tapi jika menempatkan atau memosisikan, objeknya bisa bersifat lebih umum.

Dhalim sering bermakna tidak adil, ia jika berupa pikiran-pikiran dan perbuatan. dhalim juga kadang berarti kejam, Tergantung penempatan kata sandingannya. Artinya, ia bersifat kondisional dan kontekstual. Kedhaliman dengan demikian identik dengan ketidakadilan.

Baca juga Tentang Kekayaan, Kecukupan dan Kemiskinan

Setiap bentuk kedhaliman, pasti di dalamnya terdapat ketidakadilan. Ketidakadilan muncul dari sebuah bangunan persepsi yang kemudian menjadi pikiran. Pikiran dengan dorongan nafsu, bukan oleh hati, memiliki kecenderungan untuk terjerumus dalam kedhaliman dan ketidakadilan pikiran.

Perbuatan yang muncul dari ketidakadilan dalam pikiran, berpotensi besar, menimbulkan ketidakadilan. Korupsi, merupakan bentuk ketidakadilan, maka dorongan dan kecenderungan untuk menempatkan dan memosisikan kehendak bertindak korup dalam pikiran, maka itulah bentuk kedhaliman sejak dalam pikiran. Jadi, kedhaliman, ketidakadilan memang terutama berada pada pikiran.

Memaknai Doa Nabi Yunus AS 

Nabi Yunus AS dalam doanya menyatakan; Inni Kuntu Minadhalimin, sesungguhnya aku ini termasuk orang-orang yang dhalim. Apakah dengan demikian dari sudut pandang awam seperti kita, Nabi Yunus AS termasuk (benar-benar telah menjadi bagian dari) orang yang dhalim? Di mana letak kedhaliman Nabi Yunus? Lho, seorang Nabi kok berbuat dhalim? Bukannya sudah terjaga atau ma’shum? Wallohu A’lam bi al-Showab.

Baca juga Rabbi Habli Minasshalihin, Doa Mustajab Nabi Ibrahim AS

Nash Al Qur’an sudah melafalkan. Bahkan melanggengkan Doa Nabi Yunus AS. Doa tersebut kemudian dibaca, dilafalkan, diamalkan, di-wirid-kan. Dibaca di waktu-waktu tertentu. Muslim yang taat dan gemar berdoa dengan doa tersebut tentu memiliki kesan tersendiri.

Bagaimana kita memaknai Doa Nabi Yunus AS tersebut.? Kembali ke arti dan makna Inni Kuntu Minadhalimin. Bahwa sebagai manusia awam, pasti memiliki potensi befikir dan berbuat dhalim. Potensi kedhaliman selalu ada, meski tidak selalu hadir. Ia ada dan bisa hadir jika hati kita tidak cukup jernih melihat banyak hal.

Baca juga Doa Allahumma Baarik Lanaa fi Rajaba

Memaknai Inni Kuntu Minadhalimin dalam lafal yang berulang-ulang, dalam doa yang terulang-ulang, menghadirkan kesadaran bahwa itu adalah bentuk pengakuan diri — sebagai hamba di hadapan Allah SWT–sebagai bagian dari orang yang berbuat dhalim.

Maka jika melafalkannya saja sudah berarti mengakui, apalagi jika melafalkannya dengan sepenuh makna dan penghayatan. Ini tentang pengakuan dan hubungan dengan Allah SWT, hubungan Makhluk dengan Sang Khaliq. Pengakuan semacam ini Nabi Yunus AS lakukan. Bagaimana dengan kita?

Baca juga Rabbi Habli Min Ladunka Dzurriyyatan Thayyibatan

Merasa Bersalah

Makna Inni Kuntu Minadhalimin yang paling sederhana adalah “merasa bersalah”. Kita, untuk mengakui sebuah kesalahan  saja kadang enggan. jangankan mengakui, “merasa bersalah” saja kadang tidak mau. Apalagai merasa telah berbuat dhalim, telah melakukan kedhzoliman. Atau telah mendhalimi diri sendiri dan orang lain. Iya, dalam relasi antar sesama manusia.

Namun, jika sudah dalam hubungan relasi Hamba Sahaya – Allah SWT, maka mengakui telah berbuat dhalimpun ia tempuh. Itu yang sudah Nabi Yunus AS lalukan, dan kita mengikuti jejaknya.

Mari kita baca kembali (dan selalui) Doa Nabi Yunus AS: La Ilaha Illa Anta Subhanaka Inni Kuntu Minadhalimin. Inilah Dzikir Nabi Yunus ASSemoga artikel esai Islami singkat ini bisa menjadi pelengkap muhasabah kita semua.

Baca juga 2 Ayat Terakhir Surat Al Ghatsiyah, Muhasabah Abadi

Terima kasih untuk Anda berkenan menemukan Kami di X Twitter juga Instagram dan Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button