Esai Islami

Jangan Berhenti Bermimpi untuk Menunaikan Ibadah Haji

Jangan Berhenti Bermimpi untuk Menunaikan Ibadah Haji. Apapun alasan dan kondisinya. Termasuk meskipun pemeberangkatan jemaah di musim  Ibadah Haji 1441H/2020 M Resmi Dibatalkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Bahkan Pemerintah Arab Saudi Sedang Mempertimbangkan Pembatalan Haji tahun 2020. Kabar itu sudah tersebar luas di media masa. Juga di beberapa blog dan situs web. Apakah nanti akan jadi kenyataan bahwa Ibadah haji 2020 dibatalkan secara resmi? Kita tunggu.

Tidak seperti kewajiban ibadah Shalat, Puasa dan Zakat. Kewajiban menunaikan ibadah haji memang memerlukan syarat yang berat, utamanya kemampuan secara finansial. Bagi mayoritas Muslim di Indonesia dengan penghasilan yang hanya cukup memenuhi kebutuhan hidup harian, menunaikan ibadah haji adalah sebuah mimpi.

Akan tetapi, Jangan Berhenti Bermimpi untuk Menunaikan Ibadah Haji. Jangan sekali-kali berhenti. Mimpilah terus, sampai mimpi itu terwujud bersamaan dengan hadirnya kenyataan.

Bahwa untuk bisa menunaikan ibadah haji, harus masuk daftar tunggu beberapa tahun ke depan. Ada yang kurang dari sepuluh tahun, tapi ada yang harus menunggu hingga belasan tahun.

Istitho’ah Haji, Jasmani dan Rohani

Animo masyarakat Muslim Indonesia untuk menunaikan ibadah haji memang sangat tinggi. Dan dari hari ke hari terus meningkat. Ini merupakan sinyal positif atas terpenuhinya syarat kemampuan (istita’ah) masing-masing individu.

Mampu dalam konteks ini dilihat dari sisi ekonomi di mana Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). Bisa ditunaikan sejak dini melalui sistem yang diberlakukan pemerintah. Dan memiliki biaya hidup untuk keluarga yang kelak akan ditinggalkannya.

Setiap Muslim yang taat, pasti memimpikan untuk bisa menunaikan ibadah haji, mengingat bahwa ibadah Haji adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu. Syarat mampu (istita’ah) dalam berhaji, menurut pengertian umum ialah mampu dari sisi biaya, kesehatan dan pengetahuan tentang tata cara berhaji dan umroh.

Sedangkan yang dimaksud Istita’ah lebih luas lagi adalah mampu melaksanakan ibadah haji ditinjau dari jasmani. Tidak kesulitan melakukan ibadah haji. Tidak lumpuh, tidak dalam keadaan sakit yang diperkirakan lama untuk sembuh.

Dari sisi rohani, istita’ah berarti memiliki kemampuan memahami manasik haji dan umrah. Berakal sehat (tidak mengidap penyakit gangguan jiwa). Memiliki kesiapan mental untuk ibadah haji/umrah dengan perjalanan yang jauh, panjang dan melelahkan.

Di sepuluh tahun belakangan, di mana daftar tunggu keberangkatan haji memasuki puluhan dan belasan tahun, secara otomatis akan mengurangi kadar kemampuan seorang calon jamaah haji dari sisi fisik. Semakin bertambah usia, semakin melemah fisiknya.

Sungguhpun kemampuan secara finansial sudah terpenuhi, namun karena alasan fisik, semisal karena sakit berkepanjangan, menunaikan ibadah haji bisa saja menjadi mimpi yang sebenarnya; tidak pernah terlaksana sebagaimana mestinya, karena atas kehendak Allah, tutup usia sebelum berangkat menunaikan ibadah haji.

Namun,…. Jangan Berhenti Bermimpi untuk Menunaikan Ibadah Haji. Sekali lagi, jangan pernah. Kemampuan, istitha’ah yang sejati adalah anugerah dari Allah SWT sendiri. Kita jangan sekali-kali mengingkarinya.

Corona sekadar menunda mimpi

Jangan Berhenti Bermimpi untuk Menunaikan Ibadah Haji, meskipun dalam bayang-bayang ketidakpastian akibat pandemi. Corona sekadar menunda mimpi, untuk tertunaikannya ibadah haji.

Ya, sekadar menunda. Bukan menghalangi agar ibadah haji tidak bisa terealisasi. Pun demikian, bukan hal yang harus ditabrak untuk memaksakan diri.

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup (mampu) mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Q.S Ali Imron:97)

Baca juga: 25 Perjalanan Fisik Haji Yang Perlu Diketahui

Bahwa menunaikan ibadah haji adalah sebuah kewajiban. Ya, itu tidak bisa ditawar. Jika dengan pandemi Corona lalu seolah membuyarkan mimpi, maka saat yang tepat untuk muhasabah. Melakukan Instrospeksi.

Tidak perlu, dan jangan sekali-kali menyalahkan pandemi Corona. Karena dengan begitu, mimpi untuk menunaikan ibadah haji bisa benar-benar terhenti.

Menunaikan ibadah haji itu Panggilan Ilahi. Dan Panggilan Ilahi itu bersifat abadi. Melampau ruang dan waktu. Melewati batas dan sekat negara. Bahkan melampaui akal manusia.

Secara ‘Aqli, boleh terbebani kegagalan berangkat haji. Namun secara Naqli dan Qodrati, Allah SWT semata pemilik kebijakan dan keputusan. Kita semua harus yakin dengaan hal itu.

Dan terus berharap, agar Allah Swt. memberikan kesempatan untuk menunaikan perjalanan spiritual ibadah haji. Jangan Berhenti Bermimpi untuk Menunaikan Ibadah Haji.  Demikian, semoga bermanfaat. [Kang Nawar]

Update (24 Juni 2020) : Arab Saudi telah memutuskan untuk mengadakan ibadah haji tahun 2020 ini dengan jumlah yang sangat terbatas bagi mereka yang mau melaksanakannya dari semua negara, yang tinggal di dalam Kerajaan Arab Saudi. Baca > 10 Peristiwa Penyebab Ibadah Haji Ditangguhkan

Kang Nawar

Hello ! Saya Kang Nawar aka. Munawar A.M. Penulis Freelance. Terima kasih sudah singgah di Blog Artikel Opini, Review & Esai Digital ini. Berkenan kiranya untuk membagikan artikel dan mengikuti saya di media sosial. Terima kasih sudah singgah. Saya berharap Anda akan datang kembali ke blog ini. Terima Kasih.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button