6 Adab Berpuasa Menurut Imam Al-Ghazali

6 adab berpuasa menurut Imam Al-Ghazali; mengonsumsi makanan yang baik, menghindari perselisihan, menjauhi ghibah/menggunjing, menolak dusta, tidak menyakiti orang lain, menjaga anggota badan dari segala macam perbuatan buruk.

Adab berpuasa adalah norma atau aturan mengenai tata cara hal ihwal melaksanakan puasa yang berdasarkan aturan agama Islam. Umat Islam tidak saja dianjurkan untuk menjaga adab selama menjalankan puasa, melainkan juga harus memahami bahwa dalam berpuasa juga ada adabnya.

Adab dalam Berpuasa

Pendapat Imam Al Ghzali mengenai 6 adab Berpuasa menjadikan umat Islam lebih paham, lebih megerti dan terdorong untuk menjalankan ibadah puasa dengan adab tertentu selain yang sudah menjadi syarat sah nya ibadah puasa dalam ktentuan hukum atau syariat Islam.

Ibadah puasa tidak hanya memiliki ketentuan hukum yang menentukan sah tidaknya, tetapi juga memiliki adab tertentu yang berpengaruh terhadap pahala yang diterima oleh seseorang.

Orang beradab dalam berpuasa berarti bahwa orang itu mengetahui aturan tentang adab berpuasa yang ditentukan, ditetapkan, disarankan dan diajarkan dalam agama Islam. Adab berpuasa berhubungan dengan kualitas ibadah puasa. Artinya adab berpuasa sangat penting untuk diperhatikan karena menentukan kualitas ibadah puasa di hadapan Allah subhanu wa Taála.

Nasihat Imam Al-Ghazali dalam risalahnya berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu’ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 439), mengatakan, sebagai berikut:

آدَابُ الصِّيَامِ: طَيِّبُ اْلغِذاَءِ، وَتَرْكُ اْلمِرَاءِ، وَمُجَانَبَةُ اْلغِيْبَةِ، وَرَفْضُ اْلكَذِبِ، وَتَرْكُ اْلآذَى ، وَصَوْنُ اْلجَوَارِحِ عَنِ اْلقَبَائِحِ

Artinya: “Adab berpuasa, yakni: mengonsumsi makanan yang baik, menghindari perselisihan, menjauhi ghibah (menggunjing orag lain), menolak dusta, tidak menyakiti orang lain, menjaga anggota badan dari segala perbuatan buruk.”

6 adab berpuasa menurut Imam Al-Ghazali adalah sebagai berikut;

  • Mengonsumsi makanan yang baik

Selama berpuasa, khususnya di bulan Ramadhan, makanan yang dikonsumsi adalah makanan yang baik (thayyiban) dan halalan (halalan). Makanan yang baik (dan halal) tidak selalu identik dengan makanan yang lezat, mewah, mahal, dihidangkan secara berlebihan.

Mengonsumsi makanan yang baik sebagai bagian dari adab berpuasa terutama adalah makanan yang kondisinya baik secara kesehatan; sebut saja makanan yang sehat dengan ciri; higienis, tidak mengandung pengawet, segar, diolah secara tepat, mengandung kebutuhan gizi, serta tidak terkontaminasi dengan bahan kimiawi.

Beberapa makanan yang baik untuk konsumsi selama Ramadhan, di samping makanan pokok seperti nasi atau lainnya, adalah kurma, madu, sayuran, daging, ikan, dan lain sebagainya. Juga makanan halal secara syarí dan dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk dikonsumsi.

Mengonsumsi makanan yang baik yang menunjang terpenuhinya adab dalam berpuasa juga berkaitan dengan tata cara makan yang baik pula; contoh, tidak berlebihan saat makan sahur, juga saat berbuka puasa. Makanan yang baik yang dikonsumsi dengan tata cara dan adab yang kurang baik bisa mengurangi kualitas dalam berpuasa.

  • Menghindari perselisihan

Kewajiban ibadah puasa bagi umat Islam mengandung hikmah; antara lain bahwa puasa adalah satu perintah dari Allah SWT untuk semua umat Islam; dan kesatuan perintah ini mengandung persatuan dan kesatuan dalam perilaku dan tindakan, dalam hal ini berpuasa itu sendiri.

Nilai persatuan dalam perintah puasa menghendaki terhindarnya dan terjauhinya segala bentuk yang bisa merusak persatuan, berpotensi merusak adab berpuasa; seperti perselisihan, perseteruan, cekcok, marah yang menyebabkan perselisihan.

Imam Al-Ghazali sangat memperhatikan ihwal perselisihan (pertentangan, perseteruan) hubungannya dengan adab dalam berpuasa. Tentu, nasihat Imam Al Ghazali itu sebaiknya kita jaga dan jalankan; hindari, jauhi perselisihan ketika sedang berpuasa. Ini juga bagian dari adab.

Pertengkaran atau perselisihan bisa terjadi kapan saja. Tetapi orang-orang berpuasa sangat dianjurkan menjaga kesucian bulan Ramadhan dengan tidak melakukan pertengkaran. Untuk itu diperlukan kesadaran penuh untuk menahan diri dari emosi yang dapat menjurus pada pertengkaran.

  • Menjauhi ghibah/menggunjing

Menggunjing orang lain di luar bulan Ramadhan saja tidak baik, apalagi selama puasa di bulan suci ini. Tentu dosanya lebih besar dan dapat menghilangkan pahala berpuasa itu sendiri. Oleh karena itu setiap orang yang berpuasa perlu menyadari hal ini sehingga bisa bersikap hati-hati dalam menjaga lisannya.
Lisan memang merupakan salah satu organ manusia yang paling banyak mendatangkan dosa apabila kita tidak berhati-hati. Artinya banyak dosa yang diakibatkan ketidak mampuan kita menjaga lisan, seperti menggunjing, memfitnah dan sebagainya. Semakin baik kita menjaga lisan, semakin banyak keselamatan kita dapatkan. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan Al-Bukhari sebagai berikut:
سَلَامَةُ اْلِإنْسَانِ فِي حِفْظِ الِّلسَانِ
Artinya: “Keselamatan manusia bergantung pada kemampuannya menjaga lisan.”

  • Menolak Segala Dusta

Menolak berkata dusta merupakan hal penting sebab sekali berdusta kita akan cenderung berdusta lagi untuk menutupi dusta sebelumnya. Di saat puasa, kita harus mampu menghindari berkata dusta karena dusta dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala berpuasa. Juga, kita harus mampu menahan diri dari melakukan sumpah palsu sebab hal ini juga dapat merusak kualitas ibadah puasa kita. Tentu saja tidak hanya kualitas ibadah puasa kita menjadi menurun akibat dusta dan bersumpah palsu, tetapi juga kita akan mendapatkan dosa yang lebih besar.
Hal tersebut sebagaimana disinggung Rasulullah dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh At-Thabrani sebagai berikut:
فَاتَّقُوا شَهْرَ رَمَضَانَ فَإِنَّ الْحَسَنَاتِ تُضَاعَفُ فِيهِ وَكَذَلِكَ السَّيِّئَاتُ
Artinya: “Takutlah kalian terhadap bulan Ramadhan karena pada bulan ini, kebaikan dilipatkan sebagaimana dosa juga dilipat-gandakan.”
Jamaah Jumat hafidhakumullah,,

  • Tidak Menyakiti Orang Lain

. Menyakiti orang lain baik secara fisik maupun secara verbal merupakan perbuatan tercela. Setiap perbuatan tercela berdampak langsung terhadap kualitas ibadah puasa kita. Ibadah puasa yang kita jalani dengan susah payah dengan menahan dahaga dan lapar dari pagi dini hari hingga saat maghrib, akan sia-sia tanpa pahala apabila kita tidak mampu menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat menyakiti orang lain. Menyakiti orang lain merupakan kezaliman dan oleh karenanya merupakan kemaksiatan.
Oleh karena itu, betapa pentingnya selalu mengingat bahwa di dalam bulan Ramadhan kita benar-benar harus dapat menjaga lisan agar tidak sekali-kali menggunakannya untuk menyakiti orang lain seperti memfitnah, menghina dan lain sebagainya.

  • Menjaga Anggota Badan

Menjaga anggota badan dari segala macam perbuatan buruk. Di bulan Ramadhan khususnya, hendaklah kita dapat menjaga tangan kita agar tidak kita gunakan untuk maksiat seperti memukul orang lain ataupun mencuri, dan sebagainya. Kaki juga harus kita jaga sebaik mungkin dengan tidak menggunakannya untuk pergi ke tempat-tempat tertentu untuk berbuat maksiat dan sebagainya. Demikian pula mata dan telinga kita hendaklah selalu kita jaga sebaik-baiknya agar tidak kita gunakan untuk melakukan perbuatan maksiat yang dosanya dilipatkan dalam bulan suci ini.
Singkatnya, jangan sampai kita berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa selain haus dan dahaga saja karena banyak melanggar adab berpuasa sebagaiamana dikhawatirkan Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad sebagai berikut:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إلاَّ اْلجُوْعُ وَاْلعَطَسُ
Artinya: “Banyak orang yang berpuasa, namun mereka tidak mendapatkan apa pun selain dari pada lapar dan dahaga.”
Jamaah Jumat hafidhakumullah,
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mendapat rahmat dan pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala sehingga ibadah puasa tahun ini akan dapat kita laksanakan dengan sebaik-baiknya tanpa melanggar ketentuan hukum dan adab berpuasa. Dengan cara ini insya Allah puasa kita akan diterima oleh Allah subhanahu wata’ala dan mendapatkan ampunan-Nya yang sebesar-besarnya. Amin ya rabbal alamin.

Makna Aku Sedang Berpuasa

Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah yang dirawayatkan oleh Bukhari berikut ini:
وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ

Artinya: “Dan jika seseorang mengajak bertengkar atau mencela maka katakanlah, “ Sesungguhnya aku sedang berpuasa. (Ucapkan hal ini dua kali).”

Jadi ungkapan “Aku sedang berpuasa” sebagaimana dimaksudkan dalam hadits di atas adalah untuk menyatakan ketidak sanggupan kita untuk berselisih atau bertengkar dengan pihak lain di bulan Ramadhan. Intinya kita sangat dianjurkan untuk bisa menjaga perdamaian dan kerukunan bersama di saat kita sedang berpuasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button