Jejak Waktu

Garut Kota Pegunungan, Kopi dan Dingin Yang Membalut

Perjalanan hari ini singgah di Garut — kota pegunungan dengan dingin yang membalut juga dengan kopi khas Papandayan. — selama 4 hari. 3 (tiga hari) berada di Pondok Pesantren Fauzan Sukaresmi. Dan 1 (satu) hari di Pondok Pesantren Nurul Huda Cisurupan.

Pondok Pesantren Nurulhuda diasuh oleh KH Muhammad Nuh Addawami, yang terletak di dusun Cibojong Balewangi Cisurupan Garut. Sedangkan Pesantren Fauzan merupakan salah satu pesantren tertua di Kabupaten Garut yang berdiri sejak 1850 M. Bahkan, jika merujuk kiprah leluhur para kiainya, Pesantren Fauzan akan lebih tua lagi.

Sukaresmi dan Cisurupan sendiri merupakan kota kecamatan dengan ketinggian yang cukup di lereng gunung Papandayan. Sukaresmi berada di bawah Cisurupan. Dari satu lokasi ke lokasi berikutnya harus ditempuh dengan durasi waktu sekitar 30 (tiga puluh) menit.

Gunung Papandayan menjadi salah satu lokasi yang wajib dikunjungi para pecinta alam. Gunung ini memiliki tinggi 2.665 MDPL dan terletak di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut. Ada dua jalur yang biasa digunakan dalam mendaki.

Pertama adalah jalur Cisurupan dan kedua jalur Pengalengan. Jalur Cisurupan termasuk cukup mudah dilalui sehingga menjadi pilihan bagi para pendaki pemula karena treknya relatif lebih aman.

Cuaca Garut kota pegunungan yang dingin memaksa untuk bersahabat dan dingin yang membalut memaksa diri pula beradaptasi. Termasuk untuk mandi. Butuh ekstra keberanian untuk menembus dinginnya air agar bisa tepat segar.

Kopi menjadi teman setiap di kala senggang. Namun dengan cuaca yang cukup dingin, kopi panas menjadi cepat dingin jika tidak segera diminum. Al hasil, harus “balapan” dengan cuaca untuk berburu nikmat kopi di saat masih panas atau hangat.

Seumur hidup baru sekali ke Garut Kota Pegunungan. Memang ini anugerah yang luar biasa. Sehingga harus disyukuri sebagaimana mestinya. Ini juga bagian dari perjalanan yang panjang bagaimana menyambungkan akar perjuangan di organisasi Nahdlatul Ulama (NU).

Ke depan, belum tentu juga bisa kembali berkunjung ke Garut, namun takdir bisa jadi akan mengantarkan kembali. Setidaknya ada sedikit kenangan dengan kopi Papandayan dan yang pasti, Dodol dan Tas Kulit. Juga menikmati Kopi Papandayan sambil menulis memori ini.

Kang Nawar

Hello ! Saya Kang Nawar aka. Munawar A.M. Penulis Freelance. Terima kasih sudah singgah di Blog Artikel Opini, Review & Esai Digital ini. Berkenan kiranya untuk membagikan artikel dan mengikuti saya di media sosial. Terima kasih sudah singgah. Saya berharap Anda akan datang kembali ke blog ini. Terima Kasih.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button