Garut Kota Pegunungan, Kopi dan Dingin yang Membalut

Perjalanan hari ini singgah di Garut — kota pegunungan dengan dingin yang membalut juga dengan kopi khas Papandayan. — selama 4 hari. 3 (tiga hari) berada di Pondok Pesantren Fauzan Sukaresmi. Dan 1 (satu) hari di Pondok Pesantren Nurul Huda Cisurupan.
Pondok Pesantren Nurulhuda dalam asuhan KH Muhammad Nuh Addawami, Pondok Pesantren (PP) Nurulhuda Cibojong merupakan lembaga pendidikan yang berada di bawah Yayasan Pondok Pesantren Nurulhuda Cibojong dan merupakan induk berdirinya Yayasan ini.
PP Nurulhuda Cibojong beralamat di Kampung Cibojong RT 03 RW 04, Desa Balewangi, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Pondok Pesantren ini dirintis oleh Ajengan Dawami sekitar tahun 1950.
Sedangkan Pesantren Fauzan merupakan salah satu pesantren tertua di Kabupaten Garut yang berdiri sejak 1850 M. Bahkan, jika merujuk kiprah leluhur para kiainya, Pesantren Fauzan akan lebih tua lagi. Pesantren Fauzan dikenal dengan sebutan Pesantren Pasir Bokor yang didirkan dan dipimpin oleh KH Hasan. Di masa kepemimpinan KH Muhammad Umar Bashri kemudian mengganti nama Pesantren Pasir Bokor menjadi Pondok Pesantren Fauzan.
Saat ini Pesantren Fauzan Sudan memiliki institusi pendidikan mulai dări tingkat SMP, MA dan SMK. Pesantren Fauzan juga saat ini suda memiliki beberapa cabang yang tersebar di beberapa wilayah Garut. Cabang Pesantren Fauzan tersebar di Cibalong, Cikajang dan Cisurupan.
Gunung dan Kopi
Sukaresmi dan Cisurupan sendiri merupakan kota kecamatan dengan ketinggian yang cukup di lereng gunung Papandayan. Sukaresmi berada di bawah Cisurupan. Dari satu lokasi ke lokasi berikutnya harus ditempuh dengan durasi waktu sekitar 30 (tiga puluh) menit.
Gunung Papandayan menjadi salah satu lokasi kunjungan yang wajib para pendaki dan pecinta alam. Gunung ini memiliki tinggi 2.665 MDPL dan terletak di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut. Ada dua jalur yang biasa untuk mendaki.
Di sekelilingnya diselimuti dengan dataran tinggi, dengan tebing curam, lembah yang dalam dan tikungan ekstrim. Juga tanjakan yang tinggi dan turunan yang memerlukan ekstra kehati-hatian.
Pertama adalah jalur Cisurupan dan kedua jalur Pengalengan. Jalur Cisurupan termasuk cukup mudah terlalui sehingga menjadi pilihan bagi para pendaki pemula karena treknya relatif lebih aman.
Cuaca Garut kota pegunungan yang dingin memaksa untuk bersahabat dan dingin yang membalut memaksa diri pula beradaptasi. Termasuk untuk mandi. Butuh ekstra keberanian untuk menembus dinginnya air agar bisa tepat segar.
Kopi menjadi teman setiap di kala senggang. Namun dengan cuaca yang cukup dingin, kopi panas menjadi cepat dingin jika tidak segera diminum. Al hasil, harus “balapan” dengan cuaca untuk berburu nikmat kopi di saat masih panas atau hangat.
Seumur hidup baru sekali ke Garut Kota Pegunungan. Memang ini anugerah yang luar biasa. Sehingga harus bersyukur sebagaimana mestinya. Ini juga bagian dari perjalanan yang panjang bagaimana menyambungkan akar perjuangan di organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
Ke depan, belum tentu juga bisa kembali berkunjung ke Garut, namun takdir bisa jadi akan mengantarkan kembali. Setidaknya ada sedikit kenangan dengan kopi Papandayan dan yang pasti, Dodol dan Tas Kulit. Juga menikmati Kopi Papandayan sambil menulis memori jejak waktu ini. Terima kasih semoga bermanfaat. // Kang Nawar





