Tradisi Tabuh Bedug Ramadhan, Semakin Menghilang?

Tradisi tabuh bedug sepertinya sudah semakin menghilang dan jarang berkumandang, baik di akhir bulan Sya’ban menjelang bulan Ramadhan, setelah shalat tarawih, menjelang sahur, di akhir Ramadhan, malam Takbiran maupun setelah Shalat Idulfitri. Jejaknya masih ada, tapi waktunya yang mulai berkurang dan bergeser. Apa benar demikian ?
Tradisi Tabuh Bedug
Semasa kecil dulu, tradisi tabuh bedug berkumandang sejak menjelang shalat Ashar sampai menjelang shalat Maghrib di akhir bulan Sya’ban. Tabuh bedug itu menandai masuknya waktu ke tanggal 1 Ramadhan di malam harinya. Dan melaksanakan puasa Ramadhan di esok harinya.
Sore itu, di akhir bulan Sya’ban, anak-anak santri Masjid Mushalla di kampung seusia saya, saling berebut alat tabuh bedug dan kentongan. Bedug dan Kentongan adalah dua sejoli yang mesra berpasangan. Bersama-sama, kami saling bergantian menabuh bedug dengan penuh keceriaan. Saat itu, tradisi tabuh bedug Ramadhan begitu melekat.
Bagi kami, dan mungkin juga Anda semuanya, pada dasawarsa 70-a sampai 80-an saat itu, tidak dan belum mengerti tentang Sidang Itsbat oleh Kemnterian Agama sebagaimana saat ini. Kami juga tidak cukup akses ke media seperti televisi yang menyiarkan secara langsung sidang penetapan 1 Ramadhan oleh pemerintah. Karena di kampung hanya segelintir orang yang memiliki televisi, dan itupun layarnya hitam putih.
Tradisi tabuh bedug di akhir Sya’ban menjelang bulan Ramadhan saat itu sebagai penanda mulainya puasa bulan Ramadhan esko harinya. Dan malam harinya, melaksanakan Shalat Tarawih. Kecuali, dan ini pernah terjadi, tabuh bedug itu ternyata mendahului keputusan pemerintah. Ramadhan versi peemrintah jatuh ada hari berikutnya.
Tabuh Bedug Usai Tarawih dan Menjelang Waktu Sahur
Di beberapa Masjid dan Mushalla tradisi tabuh bedug juga berlaku setelah selesai melaksanakan Shalat Tarawih sepanjang bulan Ramadhan. Di moment ini, tidak hanya anak-anak, yang muda dan yang tua pun ikut menabuh bedug. Sementara anak-anak mengiringinya dengan menabuh kentongan.
Tabuh bedug setelah shalat tarawih untuk mengiringi momen saling bersalaman atau berjabat tangan antar jamaah. Bersamaan dengan itu, jamaah mengumandangkan shalawat kepada Rasulullah Muhammad ﷺ. Durasi tabuh bedug pun cukup lama, bisa smapai 15 sampai 20-an menit.
Baca juga: Bedug, Kulit Hewan Pilihan dan Kayu yang Berkualitas
Pada dasawarsa 70-a sampai 80-an, tradisi tabuh bedug juga berlaku di waktu menjelang waktu sahur selama bulan Ramadhan. Terutama oleh anak-anak santri Masjid dan Mushalla. Mereka merelakan waktu untuk menginap di Masjid atau Mushalla agar bisa menabuh bedug.
Mereka juga rela membawa bekal makan sahur dari rumah, untuk disantap bersama-sama teman di Masjid dan Mushalla. Tentu, mereka tidak mengenal sajian makanan yang masih panas atau hangat. Minum pun cukup dengan teh pahit atau air putih. Beberapa anggota masyarakat kadang ikut serta menyediakan santapan makan sahur bagi komunitas santri penabuh bedug.
Tradisi tabuh bedug yang berlaku di waktu menjelang waktu sahur akan berhenti menjelang waktu Imsak tiba. Sekalian bedug ditabuh sebagai tanda waktu imsak datang. Kemudian, bedug kembali ditabuh secukupnya sesuai tradisi, untuk menandai waktu Subuh tiba. Karena ini – menabuh bedug menandai waktu shalat tiba – merupakan salah fungsi bedug pada saat itu.
Tabuh Bedug Malam Takbiran dan Selesai Shalat Idulfitri
Seperti di akhir bulan Sya’ban, di akhir bulan Ramadhan juga ada tradisi tabuh bedug, waktunya juga menjelang ashar sampai menjelang maghrib. Tabuh bedug ini menandai akan segera berakhirnya bulan Ramadhan, sekaligus menjelang datangnya Idulfitri.
Anak-anak dan remaja saat itu situasi psikologisnya sudah berubah, karena tabuh bedugnya menjelang datangnya Idulfitri. Mereka lebih riang gembira dan lebih semangat saat menabuh bedug, meski masih menjalani ibadah puasa.
Usai berbuka puasa terakhir dan masuk malam Idulfitri, takbir mulai menggema di Masjid dan Mushalla. Tabuh bedug kembali bergema, khususnya setelah Shalat Isa di malam Idulfitri mengiringi gema takbir. Tidak jarang, bedug dibawa keluar dari Masjid atau Mushalla untuk dibawa bersama dengan takbir keliling memutari jalan-jalan kampung dan desa.
Tradisi tabuh bedug juga berlaku sesaat setelah selesai pelaksanaan Shalat Idulfitri dan Khatib sellsai menyampaikan Khutbah Idulfitri. Caranya tidak jauh berbeda, sekelompok anak, orang dewasa atau bahkan orang tua menabuh bedug bergantian. Sementara jamaah Shalat Id berjabat tangan setelah Shalat dan Khutbah Idulfitri secara berantai sambil membaca Shalawat Nabi.
Tradisi Tabuh Bedug yang Menghilang
Tradisi tabuh bedug menjelang Ramadhan, menjelang Idulfitri, setelah Shalat Tarawih, menjelang Sahur, malam takbiran dan setelah Shalat Idulfitri merupakan khazanah tradisi yang hingga kini masih bertahan. Namun, sebagiannya sudah menghilang. Terutama tabuh bedug menjelang waktu makan sahur.
Kalaupun ada model membangunkan orang untuk sahur, sudah tidak lagi dengan cara menabuh bedug. Tapi dengan tetabuhan alat musik lain, atau alat-alat seadanya. Pun demikian, hal itu tidak cukup mentradisi.
Setiap masa ada tradisinya dan setiap tradisi ada masanya, mungkin pepatah kata itu berlaku untuk tradisi tabuh bedug di bulan Ramadhan. Satu per satu akan ditinggalkan, dan pada saatnya, akan menghilang berganti dengan model baru. Atau tidak ada penggantinya sama sekali, jejaknya ada tapi praktiknya menghilang ditelan waktu.
Bagaimana dengan tradisi membunyikan petasan ? Baca juga: Petasan di Bulan Ramadhan, Tradisi dan Nilai Ekonomi.





