Semalam di Pangkalan Bun Kotawaringin Barat

Keputusan menginap semalam di Pangkalan Bun Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah saya ambil setelah peristiwa dibatalkannya penerbangan pesawat oleh pihak maskapai. Saya tidak mengambil kompensasi dari pihak maskapai yang menyediakan penginapan di hotel. Melainkan, Saya memilih menginap di rumah teman.
Alasan menginap di rumah teman antara lain untuk mempererat tali silaturrahmi, menyambung seduluran. Maklum karena baru bertemu juga saat itu. Kebetulan, teman saya itu berasal dari Jawa Tengah. Ada juga yang dari Jawa Timur dan tinggal di kota Pangkalan Bun. Juga karena kebetulan ada teman lain yang merekomendasikan. Rumahnya pun tidak jauh dari Bandara Iskandar Pangkalan Bun.
Dua teman baru Saya ada Kang Dulloh, asli Demak Jawa Tengah, pengusaha di bidang perlengkapan perumahan. Dan Kang Malik dari Jombang, Jawa Timur, yang menjadi pengurus Paguyuban Warga Jombang di Pangkalan Bun. Keduanya teman baru dan segera menjadi akrab.
Baca juga: Singgah Sebentar di Kota Pematangsiantar
Kang Dulloh yang baik hati menjemput saya di pelataran Bandara Iskandar. Menyediakan ruangan di rumahnya. Untuk saya berkesempatan menginap semalam di Pangkalan Bun. Tepatnya di Jl Masanah Gang Kenanga Madurejo Pangkalan Bun.
Siang hari kami gunakan untuk berbincang bincang dan mengobrol seputar organisasi, pergerakan, dan pilihan kepala daerah. Bersama Kang Dulloh dan Kang Malik, usai shalat maghrib berkeliling kota dan menikmati kuliner Ikan Lais, makanan khas Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah. Lokasi warung di sekitar Tugu Pancasila tengah kota.
Silaturahmi Malam
Usai mencicipi Ikan Lais, saya bersilaturrhami ke tokoh kharismatik Sayyid Muhammad Sulaiman Nur Basyaiban, Pengasuh Pondok Pesantren Enterpreneur Dar Al Raudah, yang berlokasi di Jalan Pangkalan Bungur Tatas RT 26 Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Baca juga: Rihlah ke Sintang: Pesantren, Ziarah Makam, Masjid Keraton
Bersama Sayyid, kami juga berbincang banyak tentang spiritualitas dan pondok pesantren, juga tentang organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Saya diberi kenang-kenangan khusus berupa Buku Kecil Al Shalawat wa Al Aurad, Kumpulan Wirid dan Shalawat Sykeh Abdul Qadir Al Jailani.
Usai silaturahmi kembali ke Gang Kenanga untuk istirahat. Karena esok harinya harus kembali ke Bandara Iskandar Pangkalan Bun. Terbang dengan pesawat yang sama yang kemarin tertunda keberangkatannya.
Seutas jejak waktu perjalanan atau rihlah ini sangat meninggalkan kesan Terima kasih Kang Dulloh dan Kang Malik untuk segala keramahtamahannya.