Risiko (Tidak) Mudik di Tengah Wabah Corona

Mudik atau tidak mudik, keduanya memunculkan risiko. Di tengah wabah virus Corona, mudik atau tidak mudik, keduanya memunculkan risiko, dan di sini lah dilema harus disikapi, dicarikan solusi, dan ditempuh. Tentu dengan mempertimbangkan risiko yang paling kecil, lebih ringan, terjangkau dan bisa dipertanggungjawabkan.

Risiko apapun yang berpotensi ditemui dan terjadi, tidak menghalangi kaum perantau baik pekerja maupun pelajar-mahasiswa untuk tetap mudik. Itu di tahun-tahun sebelum tahun 2020. Keluarga dan kampung halaman sebagai tujuan mudik, juga menyimpan harapan. Ya, apalagi kalau bukan pertemuan tahunan, merayakan lebaran bersama dengan keluarga besar, selebihnya tergantung bagi para pelakunya.

Mudik sebagai tradisi, sudah sedemikian mengakar bagi kaum perantau. Kemengakarannya ini yang menurut Saya menjadi inti dilema. Mudik, sebagai “seremoni tahunan” kaum perantau dengan berbagai macam persiapan, lahir batin, spiritual-material.

Tradisi Mudik

Tahun 2020 ini, tradisi mudik harus berhadapan dengan realitas ancaman yang nyata; pandemi global virus corona. Jakarta sebagai epicentrum kaum perantau, sebelum penerapan Pembatasan Sosial Skala Besar, jauh hari sudah menyalakan sinyal; Jangan Mudik (Dulu). Menyusul beberapa Gubernur, Bupati, Wali Kota, dengan pesan yang sama; Jangan Mudik.

Baca juga: Singgah Sebentar di Kota Pematangsiantar

Bagaimana respon para calon pemudik? Ada ribuan yang sudah mudik sebelum waktunya tiba. Ada yang tetap bertahan, mungkin akan tetap mudik pada saatnya. Tapi, ada juga yang hari ini mungkin sudah memutuskan tidak akan mudik.

Jauh hari para calon pemudik sudah ada warning, wanti-wanti, bahwa risiko terbesar adalah mereka bisa saja membawa virus corona dengan kategori Orang Tanpa Gejala (OTG). 70% kasus corona terjadi tanpa gejala. Ada kasus di  daerah di mana Pasien Dalam Pengawasan (PDP) memiliki riwayat perjalanan dalam rangka mudik.

Para pemudik dengan demikian memang berpotensi sebagai carrier yang akan menularkan virus kepada orang-orang terdekat dan di sekelilingnya, bahkan sejak dalam perjalanan mudik.

Jika itu benar terjadi, maka potensi penyebaran akan semakin meluas hingga penularan virus masuk ke lingkungan keluarga, bahkan masyarakat. Apalagi jika kampung halaman yang bersangkutan, tidak ada pihak yang menerapkan protokol kesehatan bagi para pemudik.

Terima kasih untuk Anda berkenan menemukan Kami di X Twitter juga Instagram dan Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button