Rihlah ke Sintang: Pesantren, Ziarah Makam, Masjid Keraton

Artikel serial catatan perjalanan ke-3 Rihlah ke Sanggau, Melawi, Sintang dan Kapuas Hulu di Kalimantan Barat, menetap di pesantren, ziarah makam raja dan anjangsana ke Masjid dan Keraton Sintang. Selama tiga hari penuh berada di Kabupaten Melawi. Dan, sudah saatnya bergeser menjalankan tugas di tempat ketiga.
Rihlah ke Sintang kali ini kembali melewati jalan Tebelian Nanga Pinoh ke Pondok Pesantren Modern Al Iman Tebelian Sintang. Pesantren ini beralamat di Jalan Sintang – Pontianak Km 19 Gang Singkak Tebelian Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Jaraknya hanya sekitar 2 kilometer dari Simpang Pinoh.
Perjalanan ke Sintang tergolong istimewa, sebagaimana perjalanan ke Melawi. Karena dalam dampingan langsung Kiai Syaful Anam, S.Pd.I (Featured Image)., pengasuh Pondok Pesantren yang tergolong terbesar di Kabupaten Sintang. Alumnus Pesantren Sarang Rembang ini memilih menetap di Sintang. Mengembangkan pesantren dan sekolah sekaligus di lahan yang cukup luas.
Di Pesantren Modern Nurul Iman, ya namanya juga pesantren, nuansa kesantrian sangat kental. Jam-jam tertentu terdengar alunan syair dan puji-pujian melalui pengeras suara. Juga tampak aktifitas harian santri di sekitar pesantren. Suara-suara hafalan, nadzhoman dan syiiran mengiringi singgah kami selama 3 hari, 23-25 November.
Di sela sela kegiatan Rihlah ke Sintang, pengasuh pesantren menawarkan akan mengajak kami untuk ziarah makam raja raja, ke Masjid dan Keraton Sintang. Tentu ajakan kami terima dengan senang hati.
Kegiatan di Sintang
Kegiatan di Sintang memasuki perjalanan pelaksanaan tugas hari ke 9, dan akan purna di hari ke 11. Dan kami harus lebih fokus pada tujuan pelaksanaan kegiatan yang kami emban. Ada 80an peserta yang mengikuti kegiatan kami, yang berasal dari berbagai penjuru kecamatan di Kabupaten Sintang.
Kabupaten Sintang memiliki luas 21.635 km² setelah pemekaran dengan Kabupaten baru yaitu Melawi. Sementara luas kabupaten melawi 10.641 km². Jika dijumlahkan, maka luas Kabupaten Sintang sebelum pemekaran adalah sekitar 32.276 km², atau mendekati luas provinsi Jawa Tengah di angka 32.801 km².
Dari luas yang ada, kami mencoba memahami bagaimana tekad kuat para peserta yang harus menempuh jarak dan waktu perjalanan yang jauh dan lama. Lebih dari itu, kami merasa bersyukur. Karena sebaran mereka menunjukkan identitas keberagamaan yang coba kami identifikasi dan kuatkan melalui jejraing organisasi.
Baca juga: Ke Kota Singkawang, Perjalanan Panjang Sampai Pangmilang
Dengan jumlah umat Islam di angka 38,6%, masa depan keberagamaan umat Islam tetap optimis. Bukan tentang angka, melainkan tentang jejaring yang kuat, struktur organisasi yang berfungsi oprimal. Juga perkuatan dakwa dan akidah yang berkelanjutan.
Selama 3 hari kegiatan, Kami berinteraksi intensif dengan para peserta. Dengan misi dan tindak lanjut kegiaatn yang ada. Kegiatan dalam rangkaian Rihlah ke Sintang di pondok pesantren plus rencana ziarah makam raja raja, ke Keraton dan Masjid Sintang, terasa lebih mengena dan membekas dalam penguatan amaliyah, tradisi Islam dan masa depan organisasi.
Ziarah Makam Raja
Usai tuntas pelaksanaan kegiatan, pagi hari Kami beranjak meninggalkan Tebelian, Sintang. Namun, sebelum Rihlah ke Kapuas Hulu, masih cukup waktu untuk ziarah ke makam. Dan jeda Rihlah ke Sintang menjadi momen ziarah makam Raja Raja bersama pimpinan pesantren Al Iman, sebelum ke Masjid dan Keraton.
Baca juga: Rihlah ke Sanggau: Masjid Agung, Ziarah Makam dan Istana
Komplek Makam Raja Raja Sintang terletak di Jalam MT Haryono nomor 38, Kapuas Kanan Hulu, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Mobil diparkir di halaman Masjid, dan di sisi samping belakng Masjid itu lokasi pemakaman atau pekuburan raja raja.
Makam Raja-Raja Sintang adalah situs bersejarah yang menjadi tempat peristirahatan terakhir para raja yang pernah memerintah di Sintang. Sayangnya, kondisi di Makam Raja-Raja Sintang kurang terawat dengan baik. Banyak rumput liar yang tumbuh di sekitar area makam. Perlu perhatian lebih dari pemerintah.
Baca juga: Perjalanan dari Pontianak ke Sukamulya Parindu Sanggau
Usai ziarah, kami keluar lewat pintu keluar makam, yang ternyata langsung menghadap ke sungai Kapuas. Dan sejauh mata memandang, terlihat Masjid Jami Sintang Kapuas Hilir dan juga Keraton Sintang, lokasi yang menjadi tujuan kami setelah ziarah makam raja raja bersama tim dari Pondok Pesantren Al Iman Tebelian.
Masjid dan Keraton Sintang
Di Masjid Jami Sintang Kapuas Hilir, kami melawat sambil menerawang masa lalu. Hamparan Kayu Ulin membalut semua sisi bangunan. Tiang yang kokoh, lantai yang terhampar, pintu yang estetik dan jendela semua terbuat dari Kayu Ulin.
Menjelang Shalat Dhuhur, kami ditemui Muadzin Masjid Jami’ Sultan Nata Sintang. Rupanya ia pengagum salah satu Cawapres yang konon pernah singgah di Masjid Jami Sintang. Usai shalat dhuhur berjamaah, kami diajak majelisan sebentar bersama Muadzin yang juga Marbot.
Baca juga: Kabupaten Mempawah, Catatan Rihlah dan Kesan Singgah
Salah satu peserta majelisan ternyata kerabat Keraton Sintang. Selesai majelisan, Kami pun berkunjung ke Keraton di sebelah Masjid. Cukup dengan berjalan kaki. Penjaga Keraton membukakan pintu dan mempersilakan kami masuk untuk melihat dari dekat peninggalan masa lalu yang masih rapih tersimpan. Tidak lupa kami juga membubuhkan nama di buku daftar hadir.
Melihat jam di smartphone sudah 14.00 wib lebih, sementara Rihlah ke Sintang sudah harus bergeser. Menuju ke Kapuas Hulu berkejaran dengan waktu. Google Maps menunjukkan, waktu tempuh perjalanan darat dari Masjid Jami Sintang ke Putussibau Kapuas Hulu masih 5 jam lebih. Kami pun berpamitan ke Kapuas Hulu, Menempuh Jarak dan Mengejar Waktu.
Baca juga: Perjalanan dari Kapuas Hulu, Pulang Menembus Malam