Rihlah ke Landak, Singgah di Rumah Radakng Aya’

Saat rihlah ke Kabupaten Landak Kalimantan Barat, kami berkesempatan singgah di Rumah Radakng Aya’ meski hanya sebentar, sebuah perjalanan yang panjang, tapi kami berusaha mendekatkan jarak. Berikut artikel catatan rihlah berkelanjutan dan jejak waktu di Kalimantan Barat.

Rumah Radakng Aya’ merupakan replika rumah adat Suku Dayak Kanayatn yang terletak di Jalan Stadion Patih Gumantar, Kota Ngabang, Kabupaten Landak. Ya, lokasinya memang berdampingan dengan Stadion Patih Gumantar. Nama Patih Gumantar sendiri merupakan tokoh terkemuka dalam sejarah kerajaan dan perkembangan suku Dayak.

Bangunan Rumah Radakng Aya’ berbentuk rumah panggung yang memanjang. Di dalamnya terdapat ruang-ruang yang disesuaikan dengan nama-nama ragam suku Dayak. Di dalam ruang-ruang bangunan tedapat tempat tidur dan ruang istirahat.

Mayoritas konstruksi bangunan Rumah Radakng Aya’ berasal dari kayu. Replikai rumah adat dayak ini dibuka untuk umum dan untuk acara adat dayak, agenda pemrintahan festival tertentu. Pemerintah Kabupaten Landak mengelolanya sebagai salah satu destinasi wisata.

Kami mendapati kesan saat rihlah ke Landak, berkunjung dan singgah ke Rumah Radakng Aya’ di Kota Ngabang, ibu kota Kabupaten Landak. Kesan itu tidak lain rasa kagum yang luar biasa atas kekayaan dan kemegahan tradisi dan budaya nusantara. Khususnya yang lahir, berkembang dan bertahan dari rahim suku Dayak.

Dari Sambas ke Monterado

Rihlah ke Landak kali ini merupakan perjalan terusan dari Kabupaten Sambas. Dua kabupaten ini, Landak dan Sambas, sama-sama berada di ujung provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Sambas merupakan Kabupaten asal sebelum pemekaran menjadi 3 wilayah, Sambas, Bengkayang dan Kota Singkawang. Sementara itu, Kabupaten Landak, sebagaimana Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Kubu Raya, merupakan pemekaran dari Kabupaten Pontianak.

Dari Sambas ke Landak Kami menempuh perjalanan darat tengah malam dengan armada mobil. Sementara, ada salah satu teman yang dengan sukarela mengawal perjalanan kami. Dengan menaiki sepeda motor, menembus malam, melewati Kota Singkawang, hingga subuh tiba di Desa Mekar Baru. Teman Kami ini berasal dari Seluas, salah satu Kecamatan di Kabupaten Bengkayang yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia.

Baca juga: Rihlah ke Sambas di Ujung Provinsi Kalimantan Barat

Sesuai rencana, Kami singgah dulu di Pondok Pesantren Darussalam asuhan Kiai Bashori yang terletak di Desa Mekar Baru, Kecamatan Monterado, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat 79181. Kiai Bashori ini adalah salah satu Ulama dan Tokoh terkemuka di Kabupaten Bengkayang. Kiai Bashori dan keluarga diketahui berasal dari Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah. Dan sudah 30-an tahun menetap di Bengkayang.

Singkawang – Sungai Pinyuh – Ngabang Landak

Kami berpamitan dari Mekar Baru Monterado Bengkayang sekitar jam 10 pagi untuk melanjutkan perjalanan. Kali ini harus ke Kota Singkawang terlebih dahulu karena penjemput standby di sana. Persisnya di sebuah Rumah Makan Warung Padang yang kami sempat berhenti saat perjalanan dari Singkawang ke Sambas.

Rute Rihlah ke Landak kami ambil melalui Singkawang – Sungai PInyuh hingga Ngabang di Kabupaten Landak. “Ini ruter terbaik menuju Landak”, ungkap driver yang akrab dengan panggilan Pak Ben. Rute ini otomatis akan melewati wilayah Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Mempawah. Saat melewati Mempawah, Kami singgah dan Shalat Dhuhur di Masjid Agung Al Falah Mempawah.

Sungai Pinyuh merupakan kota kecil di Kabupaten Mempawah, namun cukup ramai, mengingat ada jalan simpang atau pertigaan. Satu arah ke Kota Pontianak. Satu arah ke Mempawah. Dan satu arah lagi ke Kota Ngabang di Kabupaten Landak. Dan Kami mengambil rute Sungai Pinyuh ke Ngabang Landak.

Dari Monterado ke Sungai Pinyuh, Kami sudah menempuh waktu perjalanan sekitar 3 jam. Dan kami masih harus menempuh waktu tidak kurang dari 4 jam perjalanan lagi untuk sampai di Ngabang. Jarak tempunya lebih dari 130 kilometer dari Sungai Pinyuh. Rihlah yang panjang dan lama untuk sampai ke Kabupaten Landak. Sejauh yang bisa kami nikmati, kecepatan perjalanan relatif standar, tapi kami bisa membayangkan betapa lelahnya sang driver.

Rihlah ke Landak, Mendekatkan Jarak

Benar, masuk waktu Maghrib kami baru sampai di Kota Ngabang. Kota kecil yang cantik, padat penduduk dan eksotis. Mata Saya sempat menatap megahnya Gedung Bupati Kabupaten Landak, Taman Kota. Dan tentu Rumah Radakng Aya’ yang megah di hari berikutnya setelah kami tiba di Landak.

Semula kegiatan akan berlangsung di Gedung Adat Dayak tersebut. Namun karena satu dan lain hal, akhirnya panitia memutuskan untuk pindah lokasi ke Hotel Hanura Ngabang. Kami sendiri tiba sehari sebelum pelaksanaan kegiatan. Agar kami bisa lebih siap dalam menjalankan tugas. Baik siap secara fisik maupun psikis.

Rihlah ke Landak memang panjang dan lama secara jarak dan waktu tempuh. Tapi itu semua bisa kami lewati dengan niat mendekatkan jarak berupa silaturahmi mengokohkan persaudaraan melalui media organisasi. Dan benar, pegiat organisasi kami di Landak cukup antusias mengikuti kegiatan.

Kami dekatkan jarak karena pondasi juang yang sudah melekat. Kami dan mereka boleh berasal dari Jawa, Melayu, Madura atau bahkan Minang. Tapi kami ada dalam satu tarikan nafas dalam jarak yang dekat. yaitu spirutlitas sesama pegiat organisasi dan keagamaan yang sama.

Kami bisa memahami dah ikut merasakan bagaimana perkembangan organisasi kami di Kabupaten Landak. Kabupaten dengan jumlah umat Islam tidak lebih dari 17% dari total jumlah penduduk. Tentu fakta statistik ini harus menjadi acuan bagaimana pentingnya mengokohkan pondasi juang dan perjuangan organisasi ke depan. Harus kokoh, kuat dan kompak tentunya.

Selama 3 hari di Landak, kami Rihlah menjalankan tugas. Waktu yang sangat singkat untuk berinteraksi dengan peserta kegiatan. Saling mengenal dan saling meyakinkan sudah kami coba sesuai kemampuan. Harapannya, ada atsar yang melekat sebagai penguat niat dan tekad berjuang.

Selain singgah di Rumah Radakng Aya’, Kami juga menyempatkan singgah dan menginap di Pondok Pesantren Nurul Islam yang terletak di Jalan Raya Ngabang – Sanggau, Dusun Pulau Bendu, Desa Hilir Tengah, Ngabang, Kabupaten Landak Kalimantan Barat.

Mengakhiri Rihlah ke Landak, perjalanan pulang kami menempuh rute panjang. Dari Nagabang (Kabupaten Landak) – Sosok (Kabupaten Sanggau) – Simpang Ampar, Kota Pontianak dan Sungai Ambawang (Kabupaten Kubu Raya).

Terima kasih untuk Anda berkenan menemukan Kami di X Twitter juga Instagram dan Facebook

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button