Ramadhan: Kedatangan, Pemberhentian dan Keberangkatan

Ramadhan adalah titik pemberhentian di antara kedatangan dan keberangkatan perjalanan konstan (tetap) seorang hamba Allah SWT yang muslim dan beriman. Allah SWT Sang Maha Membuat Skenario telah menggenapkan bulan dengan angka 12 dalam putaran satu tahun. Salah satunya adalah bulan Ramadhan di dalamnya.

Kedatangan Ramadhan

Ibarat sebuah perjalanan linear, Ramadhan adalah titik nol, sebuah titik pemberhentian. Titik di mana menjadi awal keberangkatan. Juga akhir sebuah kedatangan perjalanan spiritual kehambaan.

Perintah perjalanan ini lahir dari firmanNya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 183.

Jauh hari, di bulan Rajab, doa sudah terpanjatkan: Allahumma Baarik Lanaa fi Rajaba, wa Sya’bana, wa Ballighna Ramadhana. Butuh waktu 2 bulan, melewati Rajab dan Sya’ban, seorang hamba berharap bisa bertemu dengan Ramadhan. Bulan penuh rahmat, maghfirah dan pembebasan (dari siksa api neraka).

Syair-syair Rajabiyah dan peringatan Rajaban yang mentrdaisi menggema di sudut-sudut kota dan pedesaan. Di relung hati doa-doa amaliyah Nishfu Sya’ban terkumandangkan, melalui lisan-lisan ikhlas dan hati bersih. Dalam sirr (lirih) atau jahr (keras).

Tradisi pelaksanaan Ziarah ke Makam dan amaliyah ibadah lainnya menggenapkan persiapan menuju titik pemberhentian. Lahir dan batin dalam pengertian fisik dan jiwa, dipersiapkan. Semua dalam persiapan yang cukup.

Bahkan yang dhahir sekalipun seperti bangunan fisik rumah dan masjid mushalla, bagian-bagiannya diperbarui dan dibersihkan. Umat Islam juga menyiapkan, untuk shalat tarawih di malam pertama Ramadhan dan seterusnya. Kaum ibu menyiapkan makan sahur dan buka puasa di hari pertama dan seterusnya. Baca juga: 6 Cara Rasulullah Menyambut Bulan Ramadhan

Ketika perintah puasa di bulan ke sembilan kalender hijriyah ini memanggil, hamba muslim dan beriman bergegeas menyambut bergegas berangkat menyambut kedatangannya. Marhaban ya Ramadhan bertebaran di seluruh sudut ruang.

Ramadhan sebagai Pemberhentian

Di titik pemberhentian di dalam bulan Ramadhan, segala energi dikumpulkan, tercurahkan. Ya puasanya, tadarusnya, shadaqahnya, qiyamullailnya, dan juga menjaga hati bersih. Menjalani puasa dengan tetap menjaga 6 Adab Berpuasa Menurut Imam Al-Ghazali.

Maksud dari Ramadhan sebagai pemberhentian memiliki makna dan pengertian sebagai berikut. Berbeda dengan 11 bulan lainnya dalam kalender Hijriyah,

  • bulan Ramadhan adalah bulan Ibadah, bulan di mana takaran dan load ibadah meningkat tajam sesuai anjuran dalam Islam. Sehingga titik pemberhentian berarti tidak menyianyakan kesempatan dan peluang untuk memperbanyak ibadah;
  • bulan Ramadhan adalah bulan puasa, syahrusshiyam, yang berarti menjadi titik pemberhentian untuk dengan sesuka hati mengonsumsi makanan dan minuman di siang hari. Makan dan minum di siang hari di sebelas bulan sebelumnya harus berhenti, dan jalankan puasa.
  • Puasa Ramadhan menjadi titik pemberhentian proses penghambaan seorang Musliam kepada Allah SWT. Artinya, dengan berpuasa, hamba berhenti dari menghamba selain kepadaNya.

Sederhananya, Ramadhan sebagai pemberhentian memiliki makna dan pengertian totalitas mengendalikan hawa nafsu, dan pada saat yang bersamaan meningkatkan kualitas kehambaan di hadapan Allah SWT.

Titik Keberangkatan

Tujuan menjalan puasa adalah ikhtiar untuk menjadi orang yang bertakwa. Yaitu menuju kualitas hamba yang bertakwa (La’allakum Tattaqun). Muhamad Ali al-Shabuni mendefinisikan orang takwa sebagai orang yang takut akan murka Allah dengan menjalankan semua perintah-Nya. Dan menjaui segala larangan-Nya dan mencegah siksa-Nya dengan tunduk dan patuh kepadanya.

Manusia atas dasar fitrahnya sangat bergantung kepada rahmat dan kasih sayang Allah SWT yang dengannya manusia bisa meraih derajat takwa, muttaqin. Puasa menjadi titik keberangkatan menuju derajat muttaqin.

Dan mengarah ke semua itu, ke derajat muttaqin, perlu treatment berkelanjutan; dengan praktik nyata dan otentik berupa takut, tunduk, patuh hanya kepada Allah SWT. Termasuk tunduk dan patuh dalam memenuhi syarat sahnya puasa dan perilaku keseharian selama bulan Ramadhan.

Perilaku hariannya mencerminkan ikhtiar menghormati bulan suci dengan menjaga kesucian Ramadhan dengan hati dan perilaku bersih. Semua itu dalam rangka untuk menyiapkan diri menuju keberangkatan menuju tangga-tangga ketakwaan.

Puasa di bulan Ramadhan adalah titik keberangkatan perjalanan konstan (tetap) seorang hamba Allah SWT yang muslim dan beriman. Meski hanya satu bulan penuh dalam kurun dua belas bulan yang ada. Menjalaninya sebagai ekspresi ketakwaan, meninggalkannya adalah bentuk pembangkangan kehambaan.

Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita untuk menjalankan ibadah puasa. Kita juga senantiasa berserah, berdoa dan berharap agar Allah SWT menerima ibadah puasa kita. Juga, mari, di titik pemberhetian ini kita maksimalkan ibadah, tapi tetap berikhtiar untuk berusaha dan bekerja sebagaimana mestinya.

Marhaban ya Ramadhan. Mari kita berangkat menuju perjalanan spiritual ini.

Terima kasih untuk Anda berkenan menemukan Kami di X Twitter juga Instagram dan Facebook

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button