Ketika Mendengar Kabar Ada Pesawat Hilang Kontak

etika mendengar kabar ada pesawat hilang kontak, yang terbayang pertama kali adalah kecelakaan pesawat. Sebuah peristiwa kecelakan yang hampir bisa dipastikan berpotensi menyebabkan kematian para penumpangnya.

Pada saat yang sama, kita berharap, tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan pasca dinyatakan pihak berwenang bahwa sebuah pesawat hilang kontak.

Bayangan semacam itu, oleh siapapun, wajar adanya. Baik oleh masyarakat umum maupun pihak-pihak terkait yang mendengarnya. Juga pihak keluarga yang anggotanya ada di pesawat hilang kontak tersebut.

Harapan semacam itu juga wajar, bahkan sudah sepantas nya disampaikan. Kita manusia secara fitrah dibekali dengan rasa empati. Hidup kita dibekali pendengaran, juga penglihatan. Kita mendengar dan melihat kabar berita pesawat terbang yang mengalami kecelakaan. Semua ini pastilah menghadirkan rasa empati.

Sudah kesekian kalinya kecelakaan pesawat terbang terjadi. Namun, pesawat terbang tetap menjadi solusi tranportasi publik yang menjadi andalan. Ada wilayah-wilayah dengan keterjangkaua yang umum, sudah bisa dengan hadirnya peran pesawat. Ada juga wilayah dengan keterjangkauan yang khusus, juga pesawat terbang menjadi solusi transportasi.

Mendengar kabar ada sebuah pesawat yang dinyatakan hilang kontak,  lalu dipastikan mengalami kecelakaan, tidak lantas menyebabkan moda transportasi terbang itu merosot. Pengguna pesawat terbang tetap memilih jalur udara untuk sampai ke tempat tujuannya. Transportasi dengan terbang tetap menjadi pilihan masyarakat penggunanya.

Sebuah peristiwa kecelakaan, baik di darat, di di laut maupun di udara, tentu, siapapun tidak menghendaki. Tidak seorangpun yang meminta dan mengharapkan hal itu terjadi. Kita manusia, dengan derajat pemikirana yang ada, menghendaki semua baik, lancar dan normal. Alat transportasi seperti pesawat terbang, yang kita hartap dan maui, ya aman dari berbagai macam ancaman. Termasuk ancaman dari potensi kecelakaan.

Baca juga Pembatalan Penerbangan Pesawat, Pengalaman Baru

Kecelakaan Pesawat, Mengapa ?

Mengapa sebuah pesawat mengalami peristiwa kecelakaan? Bukan domain saya untuk menjelaskan. Di negara kita udah ada komisi nasional keselamatan transportasi (KNKT). Kita apresiasi dan beri waktu kepada mereka untuk menjelaskan akar penyebab kecelakaan pesawat terbang.

Tidak banyak pengalaman menaiki dan terbang bersama pesawat terbang. Hanya beberapa kali saja. Satu kali terbang dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Lebih dari 11 jam penerbangan saat menuju ke dan pulang dari melaksanakan ibadah haji (2019).

Naik pesawat udara bagi jemaah haji, baik saat berangkat maupun saat pulang, boleh jadi itulah pengalaman sekali seumur hidup. Saya hendak menyatakan; jika bukan lantaran perjalanan haji, fisik tidak akan pernah menyentuh kursi pesawat selama hidup. Tidak pernah merasakan bagaimana rasanya menempuh perjalanan udara di dalam pesawat selama belasan jam.

Tentu banyak yang bisa kita rasakan. Dan yang pantas untuk dishare di sini adalah; menjaga prasangka baik dalam hati dan ucapan, membuang jauh-jauh bayang-bayang ketidakselamatan, pasrah kepada sang penentu Jejak Waktu kita.

Sebuah kecelakaan, tidak bisa memilih moda transportasi apa; mobil, pesawat, sepeda motor, kereta api. Juga tidak bisa menentukan kapan waktunya. Siapa yang akan mengalaminya. Kita tidak pernah berharap kecelakaan terjadi. Semoga kelak di kemudian hari, ketika mendengar kabar ada Pesawat Hilang Kontak, rasa kepasrahan kita semakin menebal.

Untuk keluarga korban kecelakaan pesawat SJ 185, kami sampaikan rasa duka yang mendalam. Tulisan ini adalah bentuk empati kami….

Terima kasih untuk Anda berkenan menemukan Kami di X Twitter juga Instagram dan Facebook

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button