Perjalanan ke Melawi, Menembus Malam Hingga Pagi Hari

Ini adalah artikel serial catatan perjalanan ke-2 Rihlah ke Sanggau, Melawi, Sintang dan Kapuas Hulu di Kalimantan Barat, perjalanan atau rihlah jalur darat dengan moda tranportasi publik mobil ke Melawi. Berangkat dari Sukamulya Parindu Sanggau menembus malam hingga pagi hari.

Rombongan Kami sempat singgah sejenak di Warung Padang di tengah Kota Sanggau. Menikmati Kopi Panas dan makan malam secukupnya. Di sana pula, penjemput dari Kabupaten Melawi sudah menanti. Di warung padang ini juga menyempatkan berbincang dengan aktifis organisasi dari Kabupaten Sekadau.

Sedianya, Kami diajak mengunjungi Keraton Sanggau di tepian Sungai Kapuas. Tapi karena dinihari, menjadi tidak mungkin untuk melawat ke Keraton. Mungkin nanti sekembalinya Kami dari Kapuas Hulu.

Dari Sanggau ke Melawi

Jarak tempuh perjalanan darat dari Sanggau ke Melawi memang jauh, sejauh 214 kilometer. Perjalanan malam ini memiliki risiko tidak leluasa menyaksikan situasi kanan dan kiri jalan. Karena tentu menjadi banyak pemandangan yang terlewatkan.

Yang menarik dari perjalanan ke Melawi antara lain; ruas jalan yang berkelok, sebagiannya mengikuti tepian Sungai Kapuas. Harus melewati wilayah perbatasan Sanggau dan Kabupaten Sekadau di jembatan Sungai Kapuas. Juga ruas jalan Tebelian di Kabupaten Sintang.

Rombongan ke 1 lebih dulu sampai di Simpang Pinoh (Tugu Karet) Kabupaten Sintang dan menunggu Kami di sana. Karena waktu Subuh sudah hampir tiba, Kami memutuskan untuk istirahat. lalu menjalankan shalat Subuh di sebuah Masjid di tepi jalan raya Tebelian-Nanga Pinoh.

Penjemput mengatakan, masih sekitar 1,5 jam lagi sampai ke pusat Kota Melawi. Jalan raya Tebelian (Sintang) – Nanga Pinoh (Melawi) sangat mulus dan pemandangan asri hijau di sisi kanan dan kirinya. Pagi itu cuaca sangat cerah dan kami bisa menikmati rihlah ke Melawi.

Rasanya lebih dari 1,5 jam menyusuri jalan Tebelian – Nanga Pinoh. Tak cukup waktu untuk tidur selama perjalanan. Alih-alih menikmati sambil merekam sebanyak-banyaknya penglihatan ke memori di otak. Sesampai di pinggiran kota, kami dipersilakan istirahat di hotel Rajawali.

Pagi Siang Malam di Melawi

Kabupaten Melawi adalah kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Sintang di Kalimantan Barat bagian selatan yang terus berkembang dai sisi infratruktur. Juga geliat perekonomian masyarakatnya.

Di Kabupaten Melawi Kami singgah selama 3 hari 3 malam (tanggal 20-22 November) untuk melaksanakan tugas dan kegiatan. Kami bertemu, bercengkerama, berdiskusi dan merahut mimpi bersama dengan para aktifis organisasi keagamaan Islam dan sosial kemasyarakatan Nahdlatul Ulama (NU) Melawi.

Kami bertiga menjalankan tugas di Melawi secara bergantian, sesuai kesepakatan, entah jatuh di pagi, siang atau malam hari. Tempatnya di Kantor PCNU Melawi, di pinggiran kota, dekat dengan stadion sepakbola, dengan tribun penonton, tapi terbuka tanpa pagar keliling.

Baca juga: Menunggu Kedatangan Kereta Api dari Malam sampai Pagi 

Seluruh peserta dari penjuru Melawi mengikuti dengan seksama. Mengnap di lokasi kegiatan. Mengikuti sampai sesi terakhir selesai. Guyuran hujan malam itu yang menyiram menandai derasanya rahmat sebagai bekal khidmat. Semoga demikian adanya.

Perjalanan ke Melawi bukan tanpa ujian. Ya setidaknya akan masuk hari ke 7 meninggalkan keluarga. Kami bertiga pun kerap tetap menjaga komunikasi dengan keluarga masing-masing. Rindu dan kangen mulai menggelayut.

Ujia datang saat kaki terasa bengkak, sakit sekali rasanya, dan terasa sejak menjelas waktu Subuh. Saya sendiri dibuatnya bingung, jika sakit berkelanjutan, sementara masih harus meneruskan rihlan dan perjalanan ke Sintang dan Kapuas Hulu.

Pagi hari dan malam hari kedua, hingga siang sampai malam dan pagi hari ketiga, harus menahan rasa sakit. Usut punya usut, dengan bantuan tim kesehatan, Saya tersengat hewan malam, yang entah apa namanya. Dan meninggalkan racun di kaki kiri saya. Sempat khawatir yang berlebihan, karena rihlah masih panjang.

Pahlawan Nasional dari Melawi

Sambil menahan rasa sakit yang mulai berkurang, Minggu pagi tiba. Melengkapi perjalanan ke Melawi, Kami memanfaatkan waktu dan menyempatkan ziarah ke makam Pahlawan Nasional dari Melawi yaitu Abdul Kadir Gelar Raden Tumenggung Setia Pahlawan. Perjalanan spiritual ini penuh kesan.

Pada 1845, Abdul Kadir Gelar Raden Tumenggung Setia Pahlawan sempat menjabat sebagai Kepala Pemerintahan Melawi, yang merupakan bagian dari Kerajaan Sintang.  Selagi memimpin kerajaan, Kadir mendapat gelar Raden Tumenggung.  Semasa kepemimpinannya, ia berhasil mengembangan potensi perekonomian wilayah Melawi. Ia juga mempersatukan suku Dayak dengan Melayu.

Baca juga: Rihlah ke Sanggau: Masjid Agung, Ziarah Makam dan Istana

Ke arah makam Abdul Kadir Gelar Raden Tumenggung Setia Pahlawan harus naik perahu menyusuri Sungai Melawi terlebih dahulu selama lebih kurang 10 menit. Arus sungai Melawi sangat deras, namun nahkoda sudah hafal mengemudiakan perahunya. Dari atas perahu, bisa melihat Kota Melawi dan Jembatan Nanga Pinoh yang kokoh.

Sesampainya di lokasi makam Abdul Kadir Setia Pahlawan, kami memanjatkan doa-doa secukupnya. Bangunan makam tampak kurang terawat. Sangat disayangkan untuk tempat peristirahatan terakhir sang Pahlawan Nasional dari Melawi.

Senin dini hari, kegiatan selesai, dan kami harus berkemas dan berpamitan. Waktu 3 hari terasa singkat. Silaturahmi ini juga terasa masih belum cukup erat. Namun, perjalanan ke Melawi sudah saatnya bergeser untuk melanjutkan rihlah atau perjalanan ke-3 ke Pondok Pesantren Modern Al Iman Tebelian Kabupaten Sintang.

Terima kasih untuk Anda berkenan menemukan Kami di X Twitter juga Instagram dan Facebook

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button