Perjalanan dari Kapuas Hulu, Pulang Menembus Malam

Perjalanan pulang dari Kapuas Hulu menempuh jarak dan waktu yang lama dan panjang dengan perjalanan darat menggunakan armada transportasi mobil. Kami sudah melewatinya, pada saat keberangkatan. Dengan titik persinggahan di Sanggau, Melawi dan Sintang.

Bulan berkalang awan putih di langit Putussibau Selatan ikut menyaksikan pegantian malam menuju dinihari mengiringi berakhirnya kegiatan. Lihat ke atas Tadz, ke langit, bisik salah peserta. Saya pun menghadapkan kepala ke langit. Senyum. Alhamdulillah.

Ya, Kami semua menyaksikan bulat bulan dalam bingkai lingaran awan putih. Kita semua beharap, itu bagian penanda dari niat yang bersih setelah melewati masa 3 hari bersama-sama, 27-29 November. Kata-kata menjelang mulai terucap. Sampai bertemu kembali. Kapan datang ke Kapuas Hulu lagi? Kabari Kami selepas dari sini. Dan ungkapan lainnya.

Semua peserta merasakan kegembiraan bisa ikuti kegiatan hingga selesai. Ada yang langsung bergegas dan berkemas. Tapi ada juga yang memilih menanti pagi tiba nanti. Kita sama-sama akan menempuh perjalanan pulang dari Kapuas Hulu. Kami bertiga juga mulai berkemas. Ini hari ke 22 kami di Kalimantan Barat. Perjalanan dan Rihlah yang panjang.

Di antara mereka ada yang berasal dari daerah perkotaan Kapuas Hulu, ada yang dari Bunut Hulu. Bahkan dari Nanga Silat, wilayah di Kecamatan Silat Hilir yang perbatasan langsung dengan Kabupaten Sintang. Semua membaur dalam satu semangat dan kesamaan khidmat.

Kapuas Hulu – Silat Hilir

Sebelum memulai Perjalanan Pulang dari Kapuas Hulu dengan titik transit di Sanggau, Kami mencoba mencari tahu jarak dari Putussibau Selatan sampai ke Silat Hilir arah perbatasan dengan Kabupaten Sintang. Google Maps menunjukkan; waktu tempuh sekitar 4 jam an dan jarak 212 kilometer. Dalam perkiraan, Kami akan sampai di Silat Hilir luar bersamaan dengan datangnya waktu subuh.

Seperti perjalanan dari Sanggau ke Melawi, menembus malam hingga pagi hari, demikian juga perjalanan dari Kapus Hulu ke Silat Hilir, di perbatasan dengan Sintang. Kali ini bersama dengan driver yang sudah terbiasa menempuh perjalanan darat Kapuas Hulu – Pontianak.

Kami berkemas dan berpamitan. Bersama driver menembus perjalanan malam. Perjalanan yang menyesakkan pandangan mata. Karena Kami tiba di Kapuas Hulu 3 hari kemarin malam hari. Kini, perjalanan pulang meninggalkan Kapuas Hulu juga malam hari.

Pemandangan kanan kiri terasa lebih banyak kegelapan. Cahaya nampak terlihat di titik titik tertentu pusat keramaaian masyarakat. Pasar, persimpangan, simpang tiga, simpang empat, beberapa sudut kota Kecamatan. Selebihnya jalan meliuk dan rerimbun pepohonan tertembus cahaya lampu mobil.

Ada pemandangan yang menarrik, sepanjang perjalanan, Kami melihat rerata penduduka memarkirkan sepeda motor di teras rumah mereka. Pada hampir setiap terlihat teras rumah, ada sepeda motor yang di parkir. Padahal malam hari.

Rupanya, masyarakat sudah terbiasa dengan hal itu. Tidak ada rasa khawatir akan kehilangan. Sepeda motor sepertinya menjadi alat transportasi mereka, termasuk saat pergi ke ladang sawit atau perkebunan. Juga berbelanja, beekrja dan pergi ke sekolah.

3 Jam Perjalanan sampai Waktu Subuh

Sayup-sayup adzan subuh terdengar, namun driver belum menghentikan mobil. “Di depan, ada Masjid yang dekat dengan jalan raya,” katanya. Masih jauh ke depan, sampai menemukan Masjid yang dituju.

Saya menyempatkan menengok papan nama Masjid. Yang teringat, lokasi Masjid sudah masuk wilayah kecamatan Silat Hilir. Tampak ada orang, di dalam Masjid. Rupanya Marbot yang sudah selesai melaksanakan shalat Subuh. Driver mengatakan: sudah menjelang masuk ke Kabupaten Sintang. Kami beristirahat dulu setelah shalat Subuh.

Menempuh 3 jam perjalanan pulan malam dari kota Kapuas Hulu sampai waktu subuh tiba, ternyata masih berada di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu. Bagi driver, sudah terbiasa katanya. Tapi bagi kami, ini perjalanan dengan catatan luar biasa.

Keluar dari Silat Hilir masuk ke Kabupaten Sintang, dan kembali menikmati pemandangan menakjubkan Batu Kelam dalam cahaya matahari pagi. Ingin singgah sebenarnya, menikmati panorama Bukit Kelam. tapi sudah diputuskan, Kami akan singgah di Kedai Kopi Tarik di Kota Sintang.

Kapuas Hulu – Sintang – Sekadau – Sanggau

Di Kedai Kopi Tarik, kami menikmati Kopi dan sarapan pagi. 2 teman saya memilih jenis minuman lain. Saya melihat, wajah driver sangat lelah. Sementara perjalanan masih cukup jauh. Kami pun bersepakat, pengantar dari Kapuas Hulu hanya akan sampai di Kota Sanggau.

Dari Kota Sintang, Kami masih harus melanjutkan perjalanan, di Kota Sanggau, beberapa sudah teman sudah menunggu. Melalui Jalan Lintas Kalimantan Poros Tengah, jarak dan waktu tempuh Sintang ke Sanggau kurang lebih 2 jam 40 min (126,5 km).

Baca juga: Kabupaten Mempawah, Catatan Rihlah dan Kesan Singgah

Perjalanan dari Kapuas Hulu – Sintang ke Sanggau masih harus melewati ruas jalan yang masuk Kabupaten Sekadau. Ini perjalanan memang sangat panjang untuk ukuran orang yang baru pertama kali melewatinya. Kami merasa bersyukur. Dan saya menorehkan catatan perjalanan ini sebagai bagian dari bentuk syukur.

Di pusat Kota Sanggau Kalimantan Barat, Kami berhenti. Teman-teman di Sanggau sudah menyiapkan rihlah mengisi waktu perjalanan. Destinasinya antara lain ke Masjid Jami’ Sanggau, Ziarah ke Makam keluarga Raja Sanggau, Juga ke Keraton Sanggau di tepian Sungai Kapuas.

Ini bukan serial terakhir dari catatan perjalanan Rihlah ke Sanggau, Melawi, Sintang dan Kapuas Hulu. Karena masih ada cerita kisah dan pengalaman perjalanan yang layak menjadi tulisan catatan perjalanan.

Terima kasih untuk Anda berkenan menemukan Kami di X Twitter juga Instagram dan Facebook

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button