Oplosan, Otentisitas yang Memudar dan Menghilang

Oplosan dalam bentuk apa saja – jamu, minuman, bensin, pertalite, pertamax, hingga perilaku dan kepribadian – berpotensi memudarkan menghilangkan otentisitas. Mengapa oplosan bisa memudarkan bahkan menghilangkan otentisitas?

Oplosan adalah hasil dari proses oplos, mengoplos, mencampur, mixing, yang sengaja dilakukan untuk memperoleh hasil atau produk lanjutan sebagaimana yang diinginkan. Sementara itu, otentisitas yang berasal dari kata otentisitas (authenticity) adalah sifat dan karakter yang menunjukkan keaslian yang sebenarnya, yang khas, tanpa kamuflase, geniuine, asali, fitrah dan fitri.

Dalam kehidupan sehari-hari, di sekitar kita, tindakan mencampur atau mengoplos ini sebenarnya hal yang wajar. Itu sebabnya, ada es campur, tapi kita jarang menyebutnya dengan es oplosan. Es campur itu hasil produk lanjutan dari bahan asal es dengan satu dua jenis buah misalnya.

Adakalanya, hasil lanjutan dari sebuah produk, memang harus melalui proses pengoplosan dan pencampuran. Konsekuensinya, akan kehilangan otentisitas produk. Dan yang patut menjadi perhatian adalah apa sebenarnya niat, motivasi dan dorongan untuk melakukan pengoplosan?. Mungkin salah satunya adalah godaan konsumtivsme.

Lirik Lagu Oplosan

Di tahun 2014, Wiwik Sagita popular dengan lagunya yang berjudul Oplosan. Lagu tersebut hari ini masih popular di kanal YouTube dan Spotify. Pecinta dangdut, juga versi koplonya, bisa jadi sangat menikmati bunyi lagu ini. Begini bunyi liriknya:

Opo ora eman duite? Gawe tuku banyu setanOpo ora mikir yen mendem iku biso ngrusak pikiran?Ojo diteruske mendeme, mergo ora ono untungeYo cepet marenono mendemmu, ben dowo umurmu

Tutupen botolmu, tutupen oplosanmuEmanen nyawamu, ojo mbok terus-teruskeMergane ora ono gunane

Cuplikan lirik lagu Oplosan menggambarkan perilaku mengoplos (mencampur) dua atau lebih jenis minuman (keras) untuk keperluan dikonsumsi. Bisa jadi, oplosan tidak hanya dari dua atau lebih jenis minuman. Tapi dengan penambahan aneka barang yang bisa menambah daya mabuk bagi para pecandunya.

Di sini, niat, motivasi dan dorongan untuk mengoplos minuman – jelas sekali dalam pesan instrinsik lagu di atas – tidak lain untuk mereduksi dan menghilangkan otentisitas lalu menghasilkan jenis minuman baru. Bisa jadi yang lebih nikmat, lebih enak dikonsumsi, dan lebih memabukkan. Oleh sebab itu, kadar mabuknya juga beyond authenticity, mabuk se mabuk mabuknya.

Blending Pertamax-Pertalite

Menurut Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso, PT Pertamina (Persero) menegaskan BBM jenis Pertamax bukan bensin oplosan melainkan hasil blending yang diklaim merupakan praktik umum dalam industri bahan bakar. BUMN yang lagi kena isu panas ini menjelaskan perbedaan kedua istilah tersebut.

Menurut Fadjar Djoko Santoro, oplosan adalah istilah pencampuran yang tidak sesuai dengan aturan, sedangkan blending merupakan praktik umum (common practice) dalam proses produksi bahan bakar. Blending dimaksud adalah proses pencampuran bahan bakar atau dengan unsur kimia lain untuk mencapai kadar oktan atau RON tertentu dan parameter kualitas lainnya (CNN Indonesia, 01/03/2025).

PT Pertamina sedang tertimpa masalah, yaitu dugaan kasus Pertamax oplosan. Kasusnya masih bergulir. Sebagai warga masyarakat, kita ikut mendorong proses hukum berjalan sebagai mana mestinya. Kita tentu patut menyayangkan jika di kemudian hari hal itu terjadi.

Dampak isunya sudah meluas, hingga terbitnya ketidakpercayaan masyarakat. Bukan karena semata dugaan ada dan beredarnya Pertamax oplosan. Melainkan adanya dugaan terjadinya korupsi di Pertamina, sehingga kerugian masyarakat ditaksir mencapai angka Rp 17,4 Triliun per tahun.

Bahaya Oplosan Bagi Otentisitas

Produk hasil oplosan dalam bentuk apapun, patut kita perhatikan, sebab dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa mendapatkannya. Baik langsung maupun tidak langsung. Perilaku mengoplos juga layak kita perhatikan, karena siapa tahu itu sedang menggoda dan menghampiri kita.

Adakah produk hasil oplosan yang baik? Ada tentunya. Semua tergantung niat, motviasi, dorongan serta prosesnya. Contoh oplosan yang baik adalah mencampurkan aneka jenis warna menjadi satu bentuk warna baru yang lebih baik dan lebih indah.

Gejala dari perilaku mengoplos yang niat, motivasi, dorongan dan prosesnya yang sudah tidak wajar, tidak semestinya. Juga tidak memenuhi standar aturan itulah yang harus kita waspadai, bahkan harus kita tolak.

Baca juga: Authenticity, Otentisitas, Keaslian Akun Instagram (IG)

Mengapa, karena berbahaya untuk otentisitas kita. Kita ada kewajiban menjaga otentisitas, bahkan dari perilaku kita sendiri, sebelum menghasilkan perilaku lanjutan sebagai hasil dari proses percampuran pengoplosan.

Mungkin di antara kita sepakat, bahwa inti terdalam dari otentisitas adalah menjadi lebih manusiawi dengan ciri dapat dipercaya dan jujur. Bersikap otentik berarti memperjelas dan mempertegas genuinitas perasaan, keinginan, dan keyakinan paling mendasar dalam diri sendiri, serta menampakkan pendirian secara terbuka di hadapan publik.

Demikian, semoga kita bisa mangambil manfaat dari artikel opini tentang oplosan di atas. Lalu bagaimana upaya mempertahankan otentisitas? Bisakah puasa Ramadhan sebagai bagian dari manifestasi iman, ikut serta menjaga dan mempertahankan otentisitas? (Gambar: RawPixel)

Baca juga: Konsumtif dan Konsumtivisme yang Memudar

Terima kasih untuk Anda berkenan menemukan Kami di X Twitter juga Instagram dan Facebook

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button