Menunggu Kedatangan Kereta Api dari Malam sampai Pagi

Pernahkah anda menunggu kedatangan kereta api dari malam sampai pagi hari ? Ini seri lanjutan artikel jejak waktu dan catatan perjalanan setelah mengalami peristiwa batal naik kereta api di sebuah stasiun bulan Maret lalu.

Mengapa harus menunggu kedatangan kereta api dari malam sampai pagi hari ? Ini bukan karena tidak mengerti jadwal kedatangan kereta api, sehingga harus datang di stasiun berjam-jam sebelumnya. Ini juga bukan karena ada peristiwa yang menyebabkan keterlambatan kedatangan kereta api.

Peristiiwa itu memaksa saya harus menunggu kedatangan Kereta Api sampai pagi hari setelah menemui kenyataaan pahit tidak boleh naik kereta api. Jika dihitung berdasarkan waktu tunggu, saya harus menghabiskan waktu selama 9 jam lebih sejak kereta api terakhir berangkat dari stasiun tersebut.

9 jam waktu menunggu adalah waktu yang panjang. Tidak bisa dimajukan karena ketiadaan jadwal kereta api lagi. Al hasil, saya harus menghabiskan malam dalam suasana menunggu. Dan itu pasti sampai pagi hari besok nya.

Tidak ada menunggu yang sia-sia

Di stasiun yang sama, saya harus menunggu kedatangan dua kereta api, di malam dan di pagi hari. Rencana perjalanan dengan kereta api malam gagal total karena tertolak untuk naik kereta.

Sampai akhirnya saya menyadari, proses menunggu kereta api yang pertama di malam hari tidaklah sia-sia. Karena selama proses menunggu, saya bisa mengambil pelajaran yang sangat berharga. Betapa naik kereta api itu benar adanya: membutuhkan persiapan yang baik dan perbekalan yang cukup.

Persiapan yang baik berarti tahu dan paham tentang jadwal kedatangan dan keberangkatan kereta api. Perbekalan yang cukup berarti tersedianya bekal fisik non fisik berupa pengetahuan untuk menghindari terjadinya masalah. Atau jika ada masalah, ada solusi cepat untuk mengatasinya. Baca Solusi Mengatasi Masalah Tidak Boleh Naik Kereta Api.

Gagal totalnya menunggu kedatangan kereta api di malam hari tidak menjadi perbuatan yang sia-sia. Meskipun banyak hal yang harus dikorbankan. Terutama fisik dan psikis yang melelah. Meski demikian harus tetap bersyukur.

Karena pada khairnya mendapatkan kepastian untuk naik kereta api. Fase menunggu kedatangan kereta api malam hari sudah terlewati. Kini memasuki fase kedua, menunggu kedatangan kereta api sampai pagi hari, di stasiun yang sama.

Memanfaatkan waktu menunggu

Sejak ada reformasi perkeratapian, dampak langsung yang bisa terlihat adalah sterilisasi area stasiun dari banyak hal. Apalagi dalam situasai wabah Coronoa atau pandemi covid-19 seperti sekarang ini.

Termasuk sterilisasi stasiun adalah tidak diperkenankannya calon penumpang untuk langsung masuk peron tanpa tiket yang sah. Calon penumpang tidak boleh masuk peron semau sendiri. Apalagi beristirahat di peron berjam-jam.

Di ruang tunggu pun, tidak semua pihak stasiun mengijinkan untuk kita tidur di sana. Sementara ruang tunggu sangat bergantung pada tipe stasiun. Ada yang representatif, ada juga yang kurang representatif untuk sekadar menghabiskan waktu tunggu.

Baca juga: Perilaku di Ruang Tunggu, Apa Saja ?

Saat malam semakin larut memasuki fase kedua menunggu kedatangan kereta api terasa semakin membosankan. Bisa dibayangkan waktu tunggu itu sampai pagi hari nanti. Pilihannya tidak lain kecuali memanfaatkan waktu menunggu.

Tidak ada kerabat di sekitar stasiun. Tidak cukup bekal untuk menginap di penginapan. Juga tidak ada teman senasib di ruang tunggu. Perjalanan ini penuh keprihatinan. Menguji kadar spiritualitas berupa kesabaran dalam perjalanan.

Memanfaatkan waktu menunggu juga menjadi bagian dari tantangan untuk melatih kesabaran di ruang tunggu. Juga menjadi treatment uji nyali untuk tetap bersyukur.

Kereta Api pagi datang

Jarum jam dinding di ruang tunggu terus berputar. Berbatang-batang rokok habis terhisap (tentu merokoknya di area merokok), bukan di ruang tunggu. Tidak cukup bukti bisa tidur nyenyak, alih-alih gelisah berkepanjangan hingga menjelang waktu subuh tiba.

Melihat jadwal jam kedatangan kereta api pagi, masih cukup waktu untuk mencari sarapan. Dan ini saya lakukan sebelum waktu subuh tiba. Keluar dari are stasiun, kebetulan ada penjual nasi pecel sambal tumpang khas Nganjuk. Alhamdulillah.

Kembali ke area stasiun, memastikan boleh masuk ke peron stasiun menuju Mushalla untuk melaksanakan shalat Subuh. Sambil menunggu kedatangan kereta api Bangunkarta, saya menghubungi keluarga tentang kepastian bisa naik kereta api pagi in, untuk pulang ke kampung halaman.

Kereta Api pagi datang, saya pun naik tanpa ada lagi halangan, dengan menggenggam surat keterangan sudah Swab Antigen dan tiket resmi. Mengambil tempat duduk. Dan, masih harus menunggu 5 jam perjalanan untuk sampai stasiun pemberhentian, Stasiun Kroya di Cilacap.

Terima kasih untuk Anda berkenan menemukan Kami di X Twitter juga Instagram dan Facebook

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button