Esai Islami

Likuran, I’tikaf di Rumah? (10 Hari ke-3 Bulan Ramadhan)

Tetiba terbersit tentang likuran, I’tikaf di Rumah?. Usai Tarawih di Rumah,  untuk mengisi waktu senggang, jadilah tulisan ini, tentang selikuran. Likuran identik dengan hari-hari ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Kosakata Likuran memang identik dengan nuansa Jawa. Mungkin ada sebutan lain? Untuk daerah selain Jawa?

Kata Selikur berasal dari bahasa Jawa. Artinya dua puluh satu (21). Menunjukkan angka 21. Kalau diurut seterusnya, berturut-turut berbunyi; rolikur, telulikur, patlikur, selawe, nemlikur, pitulikur, wolulikur, sangalikur.  Hanya angka 25 yang tidak memakai kata limalikur, melainkan selawe. Ini pengecualian.

Malam ini sudah masuk malam selikur, malam ke 21 bulan Ramadhan. Artinya, sudah 20 hari yang lalu kita umat Islam menjalani ibadah puasa dan amaliyah lain seperti tadarus Al Qur’an, sedekah, qiyamullail. Melaksanakan buka puasa dan sahur bersama keluarga. Mudah-mudahan tidak ada puasa yang tertunda.

I’tikaf dan Lailatul Qadr

Bagi umat Islam di perkampungan dan pedusunan Jawa, malam likuran identik dengan Lailatul Qadr. Masih menjadi keyakikan kebanyakan umat Islam bahwa Lailatul Qadr akan turun, atau diturunkan / ditetapkan oleh Allah SWT akan datang pada malam-malam ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Oleh sebab itu, umat Islam biasa melaksanakan amaliyah lain yang terkait, khusus menyongsong Lailatul Qadr, dengan melakukan I’tikaf, berdiam diri di Masjid. Pengertian I’tikaf sendiri adalah “Berdiam diri di dalam masjid untuk beribadah kepada Allah yang dilakukan oleh orang tertentu dengan tata cara tertentu” .

Hadits dari Ummu al-Mukminin, ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan; “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian para istri beliau beri’tikaf sepeninggal beliau.

Dan Hadits dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan”. Inilah yang antara lain dijadikan dalil sunnah pelaksanaan I’tikaf,

I’tikaf di Rumah?

Bagaimana dengan kondisi ditengah pandemi corona ini, apakah I’tikaf harus di Masjid, terlebih adanya larangan berkumpul dengan jumlah banyak sebagai mencegah penyebaran virus covid-19.? I’tikaf di rumah rasanya memang kurang sreg, tidak lumrah, kurang terbiasa, dan Nabi Muhammad SAW sendiri memberi contoh, I’tikaf ya di Masjid.

Memang dengan pengecualian bahwa saat seperti sekarang ini, I’tikaf menjadi boleh dilaksanakan di rumah. Hukum I’tikaf di rumah juga boleh, tidak ada laragan. Cara I’tikaf di rumah juga sebagaimana dilaksanakan di Masjid.  Bagi yang hendak I’tikaf di Masjid, ada baiknya tetap memperhatikan protokol kesehatan tentang pencegahan virus corona.

I’tikaf dalam bentuk yang umum berdiam diri di masjid, memang mensyaratkan adanya niat untuk beri’tikaf. Bahwa ada amaliyah lain yang menyertainya, itu bukan bagian dari I’tikaf. I’tikaf sebagai bentuk ibadah murni berdiam diri disertai dengan memperbanyak bacaan yang dianjurkan.

Ada doa yang diajarkan Rasulullah SAW jikalau kita bertemu dengan Lailatul Qadr dan doa ini juga baik diperbanyak selama I’tikaf. Doa yang dimaksud adalah, Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni. Artinya Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku.

Sepanjang malam-malam likuran, amalan I’tikaf yang utama itu biasa dilaksanakan. Dibarengi dengan harapan turunnya Lailatul Qadr. Namun, sejatinya, I’tikaf tidak terbatas di malam likuran. Di luar malam likuran, bahkan di luar bulan Ramadhan, juga disunnahkan dilaksanakan.

Malam-malam likuran, tanggal-tanggal selikuran di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, kiranya bisa dilalui dengan baik. Tanpa gangguan petasan. Semoga artikel / tulisan ini bermanafaat.

Kang Nawar

Hello ! Saya Kang Nawar aka. Munawar A.M. Penulis Freelance. Terima kasih sudah singgah di Blog Artikel Opini, Review & Esai Digital ini. Berkenan kiranya untuk membagikan artikel dan mengikuti saya di media sosial. Terima kasih sudah singgah. Saya berharap Anda akan datang kembali ke blog ini. Terima Kasih.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button