Kubu Raya, Pesantren dan Persinggahan Perjalanan

Kabupaten Kubu Raya menjadi tempat persinggahan ke 2 dalam perjalanan berkelanjutan di Provinsi Kalimantan Barat. Ini juga catatan perjalanan personal dan spiritual kedua Saya di Pulau Kalimantan, setelah sebelumnya mengawali meninggalkan jejak di Asrama Haji Pontianak.
Gelaran kegiatan di Asrama Haji Pontianak, bulan Agustus yang lalu melahirkan keputusan yang menjadi tindak lanjut bersama. Bahwa semua peserta bersepakat untuk melaksanakan kegiatan yang sama di masing-masing Kabupaten atau Kota dari mana mereka berasal.
Perjalanan ke Kubu Raya bersama 2 orang teman menggunakan moda transportasi publik pesawat terbang. Kami terbang dari Yogyakarta International Airport (YIA) menuju Bandara Internasional Supadio Pontianak (PNK). Waktu tempuh penerbangan pesawat sekitar 1 jam 45 menit.
Sesampainya mendarat di Bandara Internasional Supadio Pontianak di Kuru Raya, kami sudah siap dengan armada penjemputan. Sejenak setelah berjabat tangan bersalaman, beberapa personil yang menjemput kami, langsung larut dalam keakraban persaudaraan. Ini karena sebelum kedatangan, kami sudah cukup menjalin komunikasi dan kordinasi.
Kami keluar dari pintu kedatangan Bandara, lalu mampir sejenak di Warung Makan Bebek Bujang. Usai bercengkrama penuh keakraban dan menikmati makan siang, Menyusuri Kota Pontianak dan melewati Jembatan Sungai Kapuas. Ada bangunan jembatan Sungai Kapuas 2 di sisinya yang masih dalam tahap pembangunan.
Pesantren di Kubu Raya
Kami pun berlanjut menuju lokasi kegiatan. Yaitu di Pondok Pesantren Mamba’us Salam, Desa Durian, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. Di sini, Kami singgah selama tiga hari, sejak 27-29 Oktober 2023.
Pondok Pesantren Mamba’us Salam merupakan salah satu dari ratusan pesanten di Kubu Raya. Data di Kementerian Agama Kalimantan Barat menunjukkan, jumlah pondok pesantren di Kubu Raya tergolong yang terbesar di Kalimantan Barat. Tidak kurang dari 100 pondok pesantren yang sudah terdaftar dan memiliki izin operasional.
Baca juga: Kabupaten Mempawah, Catatan Rihlah dan Kesan Singgah
Keberadaan ratusan pondok pesantren di Kubu Raya kongruen dengan jumlah Umat Islam yang mencapai angka 82% lebih di sana. Juga mencerminkan transformasi sejarah dan jaringan pondok pesantren yang terbentuk selama ini. Baik berproses secara internal maupun eksternal dengan hadirnya jaringan pondok pesantren dari Pulau Jawa.
Pengasuh Pondok Pesantren Mamba’us Salam sendiri berasal dari Banyuwangi Jawa Timur dengan dialek Madura yang kental. Mereka berkhidmat bersama keluarga di pesantren yang tergolong luas ini. Ada bangunan Masjid. Auditorium. Bangunan Asrama Santri Putera dan Putri. Sejumlah ruas parit juga tampak terlihat. Airnya hitam pekat.
Pondok pesantren merupakan tempat prioritas di mana kegiatan kami diselenggarakan. Di pesantren pula, kami menjalani persinggahan dengan iklim pesantren yang khas pula. Kami bersyukur karena bisa singgah dan menikmati suasana Pondok Pesantren Mamba’us Salam.
Persinggahan dan Perjalanan Berkelanjutan
Selama singgah di Pondok Pesantren Mamba’us Salam Durian Kubu Raya Kalimantan Barat, Kami berbagi peran menjalankan tugas. Di pesantren ini memang kami menjalani persinggahan, untuk menjalankan tugas selama 3 hari. Kami membersamai lebih dari 170-an peserta yang aktif mengikuti kegiatan. Laki-laki dan juga perempuan.
Di persinggahan, Kami menyempatkan untuk menggali banyak informasi yang bermanfaat. Tentang banyak hal seperti pondok pesantren, kultur budaya Muslim, perkembangan organisasi. Juga tentang pernak-pernik yang menjadi ciri khas di Kubu Raya. Salah satunya adalah Kuliner Durian Sungai Ambawang.
Baca juga: Rihlah ke Pesisir Selatan di Koto XI Tarusan Sumatera Barat
Durian bukan hanya sebuah nama buah, melainkan kebetulan desa tempat Kami singgah juga namanya Durian. Kami pun penasaran, adakah buah durian selama Kami singgah ? Ah, ternyata ekspektasi kami berlebihan. Mungkin kami belum beruntung. Karena saat ini tidak sedang musim durian.
Dari persinggahan di Pondok Pesantren Mamba’us Salam Kami berkesempatan mengunjungi beberapa titik destinasi. Di antaranya Ziarah ke Makam Batu Layang di Kota Pontianak. Singgah di Tugu Khatulistiwa. Berkunjug ke Keraton Kadriyah, dan mencicipi kuliner Sea Food Pontianak dengan polesan masakan tangan khas Madura.
Baca juga: Rihlah ke Sintang, Pesantren, Ziarah Makam, Masjid Keraton
Dalam perjalanan ke Bandara Supadio, Kami disbisikki oleh salah seorang kolega. “Siapa yang sudah pernah minum Air Sungai Kapuas, ia akan kembali lagi ke sini, ke Kalimantan Barat” katanya. Saya merenung sejenak, karena boleh jadi, air sungai kapuas sudah Kami minum, meskipun Saya tidak merasakannya secara langsung.
Persinggahan di Kubu Raya harus berakhir seiring selesainya kegiatan. Di Hari ke empat, Kami meninggalkan pesantren untuk melanjutkan perjalanan. 3 hari terasa singkat memang, namun juga berkesan. Kami berharap, perjalanan akan berkelanjutan di kemudian hari di beberapa Kabupaten di Kalimantan Barat.
Baca juga: Rihlah ke Sanggau: Masjid Agung, Ziarah Makam dan Istana