Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in, Makna dan Pengertian

Ayat ke-5 Surat Al Fatihah Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in melahirkan konsep ta’abud dan isti’anah. Arti dari ayat Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in adalah Hanya kepadaMU-lah kami menyembah dan Hanya kepadaMU-lah kami memohon pertolongan.
Kata Iyyaka diulang sebanyak dua kali dengan dua kata penegasan; Hanya )Iyya-) dan KepadaMU-lah (-Ka, kepada Engkaulah, Tuhan, Allah SWT). Kata HANYA bisa berarti semata-mata, tidak kepada selain yang dituju, secara khusus dan karenanya bersifat mutlak.
Kemutlakan tersebut tertuju kepada Allah SWT, yang hanya kepadaNYA, kita menyembah dan memohon pertolongan. Artinya, praktik penyembahan (ta’abbud, ibadah) itu memang mutlak tertuju kepada Allah SWT dan permohonan pertolongan (isti’anah) juga hanya kepada Allah SWT.
Dalam sehari semalam, umat Islam sekurang-kurangnya membaca ayat Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in sebanyak 17 kali di masing-masing rakaat Shalat Fardhu. Dan itu wajib terucapkan, setidaknya terdengar oleh pendengaran pembacanya. Karena Surat Al fatihah menjadi bagian dari Rukun Qauli dalam shalat.
Makna dan Pengertian IyyaKa
Pengulangan pengucapan Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in juga memiliki makna dan pengertian. Yaitu, saat berulang-ulang terucapkan, menunjukkan penegasan demi penegasan yang melahirkan keyakinan. Maknanya, akan melahirkan kesadaran kehambaan (‘Abidun) langsung di hadapan Allah SWT.
Mengapa langsung di hadapan Allah SWT ? Mari lihat dari beberapa tinjauan berikut ini;
Pertama, tinjauan atas praktik shalat sendiri sebagai media untuk menghadap (langsung kepada Allah SWT dzat yang wajib disembah). Shalat secara tinjauan arah dengan kasat mata memang menghadap ke Kiblat. Itu makna yang umum kita pahami, dan itu benar adanya sebagai implementasi lafadz niat shalat yang terucap.
Kedua, sebagaimana dalam kalimat bagian doa iftitah; Inni Wajjahtu Wajhiya Li Al-Ladzi Fathara al-Samawati wa Al-Ardhi. Kalimat Inni Wajjahtu Wajhiya Li Al-Ladzi ini menunjukkan bahwa orang yang sedang shalat hakikatnya sedang menghadapkan wajahnya kepada Allah SWT. Yaitu Dzat yang menciptakan (dan membentangkan) langit dan bumi.
Ketiga, tinjauan bahasa atas makna dan pengertian dhamir Ka (dalam lafadz IyyaKa. اِيَّاكَ). Ka adalah salah satu dhamir, kata ganti, atau pronomina, yang dalam kalimat اِيَّاكَ berarti tertuju Hanya kepada Allah SWT.
Ketika sedang shalat, seseorang sejatinya sedang beribadah, dan menjadikan ibadah shalat itu sebagai wasilah permohonan pertolongan. Ingat bunyi dan arti ayat berikut ini: Wasta’inu bisshabri washalati, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu (Surat Al Baqarah ayat 45).
Sehingga, dengan melafalkan Iyyaka dalam kalimat Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in, makna dan pengertiannya adalah: pada hakikatnya seseorang sedang beribadah. Dan dengan beribadah shalat (sebagai maniefstasi ta’abbud) tersebut, seraya dan pada saat yang sama berharap turunnya pertolongan (Isti’anah) dari Allah SWT. (Bersambung ke konsep ta’abud dan isti’anah).