Di Rumah Sakit dan Jejak Waktu Perjalanan Spiritual

Berada dii rumah sakit sebagai pasien menorehkan pengalaman dan catatan jejak waktu kehidupan sekaligus perjalanan bernuansa spiritual dengan kekuatan spiritualitas. Betapa tidak, mengidap suatu penyakit, dan melalui proses pengobatan dan penyembuhannya, ternyata bisa menjadi wasilah untuk menyelami spiritualitas di dalamnya.
Tidak banyak pengalaman menjalani kehidupan selama ini dengan singgah di rumah sakit sebagai pasien.. Pernah sebelumnya, namun tidak lebih dari 3 (tiga) kali. Artinya, akumulasi perjalanan kehidupan selama ini lebih dominan dalam keadaan sehat daripada sakit karena suatu penyakit.
Jejak Waktu di Rumah Sakit
Namun, jejak waktu akhirnya menghendaki seiring datangnya takdir saat merasakan gejala dan tanda tanda hadirnya penyakit. Pun demikian, sudah berikhtiar sebagaimana layaknya seorang hamba yang meyakini bahwa setiap penyakit yang Allah SWT turunkan, Allah SWT juga yang menyembuhkannya.
Pertimbangan manusiawinya tertuju pada Gejala dan Penyebab Penyakit Wasir (Ambeien, Hemoroid) yang semakin parah saat itu. Keputusanpun Saya ambil untuk menjalani perawatan opname di rumah sakit.
Keputusan itu muncul setelah yakin bahwa penanganan penyakit wasir (ambeien, hemoroid) yang menyerang harus dengan jalan operasi. Al hasil, keputusan tersebut sesuai dengan petunjuk Dokter Spesialis Bedah yang bertugas di rumah sakit dan catatan jejak waktu pun mulai mengalir.
Bertemu dengan Dokter Spesialis Bedah untuk pertama kalinya sudah terbangun komunikasi yang renyah, humble dan care. Caranya memperlakukan saya sebagai pasien ramah dan profesional. Ini menguatkan tekad untuk menjalani perawatan selanjutnya. Hari itu juga, mengurus administrasi dan mengmabil kamar penginapan dan mulai menjalani persiapan operasi dengan puasa.
Baca juga Pasca Operasi Wasir Grade IV, 1×24 Jam Menahan Rasa Sakit
Hari pertama dilalui dan 1 x 12 jam puasa terlampaui sampai mendapatkan keputusan pelaksanaan operasi Wasir sekitar jam 10 pagi di hari kedua perawatan. Sebelumnya, di pagi hari, dokter melakukan visit ke ruangan untuk memastikan dan meyakinkan jadwal pelaksanaan operasi.
Menjalani hari pertama, kedua dan ketiga di rumah sakit terlampaui hingga dokter mengijinkan pulang di hari ke empat. Selama empat hari, jejak tertorehkan dan perjalanan waktu yang dilalui menghadirkan pengalaman spiritual.
Perjalanan Spiritual di Rumah Sakit
Perjalanan spiritual pun dimulai dengan menimbang bahwa ikhtiar manusiawi harus bersanding dengan rencana Ilahi. Siapa tahu jalan spiritual seperti ini menjadi solusi atas kesembuhan sebuah penyakit.
Perjalanan spiritual di rumah sakit adalah suatu proses yang dilakukan oleh pasien dan pihak rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Ia mencakup pengkajian, penyediaan dukungan, dan pemanfaatan keyakinan spiritual untuk meningkatkan imunitas dan kesehatan dan proses penyembuhan.
Dari sisi sebagai pasien, perjalanan spiritual di rumah sakit dimulai dengan tekad dan keyakinan diri sebagai hamba atas kuasa Allah SWT. Puncak spiritualitas penyandang penyakit adalah kepasrahan kepada Allah SWT, Tuhan yang mendatangkan penyakit sekaligus menurunkan obatnya.
Baca juga Spiritual, Spiritualis, Spiritualitas dan Spiritualisme
Sebagai pasien, butuh dampingan spiritual, dan itu Saya peroleh dari keluarga; isteri, anak-anak dan keabat. Doa mereka menguatkan perjalanan spiritual ini. Juga dampingan secara fisik selama menunggui.
Rangkaian doa mereka menjadi ‘obat ilahiyah” saat diri ini merasa tidak lagi mampu memanjatkannya sendirian. Sebagau pasien, juga menumbuhkan prasangka baik dan positif; bahwa dokter, para perawat bahkan petugas kebersihan pun ikut mendoakan. Dari mereka, ada perawatan fisik dan spiritual.
Spiritualitas dari Rasa Sakit
Adakah hubungan antara rasa sakit dengan spiritualitas? Ada. Meski ini bisa sangat bersifat subyektif. dan hanya bisa dirasakan oleh pasien penyandang penyakit. Spiritualitas (yang bisa diambil dari hadirnya rasa) sakit merujuk pada peran iman, kepercayaan, dan kekuatan rohani. Ini melampaui kekuatan dan ketahanan fisik jasmaniyah.
Dalam keadaan fisik melemah, misalnya pasca operasi, kekuatan spiritualitas ini berperan dalam membantu pasien menghadapi penderitaan fisik dan mental. Spiritualitas juga dapat memberikan makna pada sakit, mengurangi rasa sakit, dan meningkatkan kualitas hidup.
Konon, beberapa penelitian menunjukkan bahwa praktik spiritual seperti doa, meditasi, dan perenungan dapat membantu meredakan rasa sakit fisik dan emosional. Sikap imani, kepercayaan dan harapan yang kuat dapat mengurangi persepsi rasa sakit dan meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit itu sendiri.
Menderita sebuah penyakit dengan sendirinya identik dengan hadirnya penderitaan, baik fisik maupun psikis. Spiritualitas dapat membantu orang sakit menemukan makna dan tujuan dalam penderitaan mereka. Sehingga penderitaan tidak hanya menjadi beban, tetapi juga kesempatan untuk pertumbuhan rohani.
Kemudian, kepercayaan pada Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi dapat memberikan harapan dan kekuatan untuk bertahan. Selama berada di rumah sakit, maupun setelah pulang untuk perawatan dan ikhtiar penyembuhan selanjutnya.
Puncak spiritualitas (dari rasa) sakit adalah pembenaran mutlak atas firman Allah SWT dalam ayat dari Al-Quran Surat Asy-Syu’ara ayat 80
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
yang artinya “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku “.
Ayat di atas menekankan bahwa Allah adalah sumber penyembuhan. Ketika seseorang sakit, dia tidak bergantung pada kekuatan sendiri atau kekuatan lainnya, tetapi pada Allah yang Maha Menyembuhkan. Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa Allah SWT memiliki kuasa penuh atas segala sesuatu, termasuk menyembuhkan sebuah penyakit.
Dan sebagai pasien, saya meyakininya, hingga datang kesembuhan dari-Nya.





