Opini

Cuitan Akun Twitter Didi Kempot, Dekat dan Memikat

Sedikit terkejut begitu melintas di TL, ada cuitan di Akun Twitter Didi Kempot, Lord Didi, dengan gaya cuitan yang khas; bahasa yang dekat dan memikat. Untuk memulai tulisan ini, saya tidak pilihan judul selain Cuitan Akun Twitter Didi Kempot, Dekat dan Memikat.

Terkejut karena jarang ada akun Twitter –seperti juga akun media sosial lainnya — yang ditinggalkan oleh pemiliknya, karena meninggal dunia, “dihidupkan kembali”. Rupanya  admin Akun Twitter Didi Kempot terketuk hatinya untuk menghidupkannya kembali.

Berikut ini cuitan Admin: Kabeh kelangan, kabeh kangen. Mumpung rame, aku njaluk ijin tetep ngrumati. Mugi mugi bisa dadi tamba kangenmu. dadi sarana berbagi lan mengenang karya dan kebaikan Lord Didi. Alfatihah.. *admin :)

Cuitan Admin AKun Twitter Didi KempotKurang lebih demikian artinya; Semua kehilangan, semua merasakan kangen. Mumpung sedang ramai, aku minta ijin untuk tetap merawat (akun twitter @didikempotid ini). Semoga bisa menjadi obat kangenmu. Jadi sarana untuk berbagi dan mengenang karya dan kebaikan Lord Didi. Al Fatihah…. *admin :)

Bahasa yang Dekat dan Memikat

Jika kita scroll mayoritas isi cuitan Lord Didi menggunakan bahasa Jawa. Pun Jawa nya sangat khas. Gaya bahasa cuitan yang mengajak, dialogis, renyah-lugas dan egaliter tersebut yang saya katakan “dekat” dan “memikat”.

Cuitan yang mengajak ini mirip dengan istilah CTA, Call to Action dalam blogging tips. Judul Blog yang memikat biasanya mengundang pesan untuk bertindak. Beda dengan di Twitter. Karena tidak ada judul untuk sebuah cuitan, maka isi cuitan itu sendiri yang bernuansa “mengajak”.

Nuansa mengajak dekat dengan isi cuitan yang bernada dialogis. Akun Twitter memang memungkinkan terjadinya dialog antar pemilik akun dengan folower. Tentu dialog yang saya maksudkan bukan model sahut-menyahut yang kadang tak kunjung arah. Lord Didi suka memulai cuitan dengan sebuah pertanyaan.

Cuitan dengan pertanyaan tentu mengundang respon jawaban. Nah, pertanyaan tidak harus menggunakan bahasa akademis. Namanya juga bahasa cuitan. Harus renyah. Ciri renyah ini cukup mendominasi cuitan Lord Didi. Pada praktiknya, lebih mendekati bahasa kedekatan antara Dia dengan penggemarnya. Ini yang menciptakan suasana selanjutnya, yaitu egaliter.

Laku dan Lagu Lord Didi

Egaliter itu adalah prinsip yang sangat penting untuk kita dalam hidup. Kecenderungan berpikir bahwa seseorang harus diperlakukan sama pada banyak dimensi seperti agama, politik, ekonomi, sosial, atau budaya, biasa dipahami sebagai pengertian dari egaliter.

Karakter cuitan yang egaliter sangat mungkin mencerminkan keseharian Lord Didi. Terbiasa dengan laku kehidupan dalam rasa dan rupa kesederajatan. Tidak mengambil, jarak dalam kehidupan, apalagi dengan sengaja. Itu yang kemudian tercermin dalam bahasa cuitan Didi Kempot.

Menurut saya pribadi, publisitas Lord Didi di mata penggemarnya antara lain karena ruh egalitarian yang dibangunnya lewat laku riil kehidupannya dan sekaligus lagu-lagu yang diciptakan dan diekspresikannya. Laku dan Lagu, menyatu jadi satu.

Didi Kempot itu nganggo rasa (menggunakan rasa). Istilahnya, Didi Kempot ini penyair organik yang intuitif dan kalau mikir Didi Kempot menciptakan lirik melalui (pendekatan) akademis jelas bukan Didi Kempot banget.

Yang dimaksud dengan kemampuan organik Didi Kempot adalah bakat alami. Tanpa belajar bahasa Jawa secara akademis, kemampuan lirisnya sudah ada dengan sendirinya. Didi Kempot ini tidak belajar sastra Jawa mendalam, tapi kok pilihan kata dalam bahasa jawanya pas banget. (Paksi Raras Alit, 2020)

Kembali ke cuitan Akun Twitter Lord Didi. Silakan discroll dan nikmati bahasa cuitan didi kempot, nikmati kedekatan dan kememikatan cuitan-cuitan bahasa Jawa khas Lord Diri. Jika sekarang dikelola kembali oleh Admin, kiranya tidak kehilangan ciri khasnya di kemudian hari.

Kang Nawar

Hello ! Saya Kang Nawar aka. Munawar A.M. Penulis Freelance. Terima kasih sudah singgah di Blog Artikel Opini, Review & Esai Digital ini. Berkenan kiranya untuk membagikan artikel dan mengikuti saya di media sosial. Terima kasih sudah singgah. Saya berharap Anda akan datang kembali ke blog ini. Terima Kasih.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button